OPINI

Kepanikan Moral

1616
×

Kepanikan Moral

Sebarkan artikel ini
Rusli
Rusli

Oleh : Rusli
Tulisan – Ungkapan sederhana“Rusli 23/09/2020, Konsep manusia sebagai makhluk politik menunjukkan bahwa pemikiran politik yang menyangkut proses dan hasil dari kegiatan politik suatu sistem politik suatu pemerintahan berdasarkan pada esensi (hakikat) manusia. Etika berpolitik mempunyai tujuan dan konsensus untuk kebaikan bersama, yaitu anggota-anggota masyarakat dalam lingkup negara. Nilai-nilai etika politik berisi tentang penghargaan kepada martabat manusia, memperjuangkan kebaikan umum untuk semua golongan, serta prinsip solidaritas (Suharyo, 2018). Literatur mengenai pesta demokrasi tampaknya sangat ideal untuk menuju pemerintahan yang menjunjung tinggi etika bernegara. Namun pertanyaan besar ketika mengamati realita yang tersaji dalam berita di media massa arus utama, maupun media sosial dalam gawai.
Dalam kepanikan moral suatu dimana kondisi atau dalan episode dimana individu atau segelintir kelompok orang menjadi ancaman terhadap tatanan nilai kepentingan social dan politik yang ada pada kekuasaan. Oleh karena itu maka belakangan ini media massa dan media sosial telah jadi saluran penting dalam hal mendiseminasi kemarahan yang seolah bermoral (moral indignation). Tema paling murah yang bisa diangkat adalah yang berkaitan dengan agama. Agama apa pun. Jargon jualannya seperti bela agamalah, bela pemimpin agamalah, bela ayatlah, dan yang sejenisnya. Kerena memang dalam kondisi kemasyarakatan seperti sekarang ini, jualan isu agama adalah yang paling murah (murahan) dan paling gampang. Tak perlu otak-atik otak. Cukup digelitik emosinya, dan fanatisme buta pun segera menyeruduk. Kepanikan moral ini dapat dipandang sebagai salah satu strategi komunikasi, serta aksi reaksi atas realita yang tidak ideal atau yang diterima masyarakat umum. Moral panic terindikasi dari realita yang dikonstruksi sumber berita (elit politik). Berdasarkan peristiwa di atas, Stanley Cohen, seorang kriminolog asal Afrika selatan, mengembangkan dan mempopulerkan sebuah konsep bernama Moral Panic, yaitu sebuah konsep yang menggambarkan kepanikan publik yang overdosis tentang suatu masalah yang akan muncul dan mengancam tatanan sosial yang ada.
Ketika sekarang ini pada era dimana mediatisasi terjadi ketika politisi tersebut memanfaatkan media untuk menunjukkan citra dirinya yang memenuhi syarat untuk dipilih oleh publik. Media tidak hanya menjadi saluran penghubung, tetapi bagaimana kekuatan sosial politik ekonomi mengadopsi logika media dan mencari keuntungan di situ. Mediatisasi dalam konteks lahirnya media digital baru, mempunyai kebaruan dalam daya destruktif yang sulit diantisipasi (Andersen, 2018). Media lalu menyediakan ruang pengetahuan politik, acuan nilai kehidupan sosial, orientasi moral, dan perasaan kepemilikan dan kebersamaan komunal. Informasi yang muncul tidak sekadar menjadi medium oleh media, atau hanya mengantarkan, namun berperan sebagai faktor pengubah (Hier, 2018). Hal ini terlihat pada problem kasus covid-19 yang sedang merebak di Indonesia Hal inilah yang membuat media berbalik lebih meng-update masalah tersebut ketimbang penularan Covid-19 yang sedang merongrong masyarakat dan pemerintah. Terlihat saat ini, debat kusir di media sosial lebih fokus membahas harga masker ketimbang mengantisipasi diri dari penularan virus menakutkan juga Media perlu mempertimbangkan aspek-aspek lain, seperti aspek sosial dan dampak berita melalui sudut pandang masyarakat yang berdampak pada kepanikan moral.
Lantas ditransmisikan oleh media massa, sehingga menimbulkan perubahan sikap dan perilaku hingga cara pengambilan keputusan oleh publik yang didasarkan ancaman terhadap nilai-nilai yang dianut di lingkungan masyarakat (Cohen, 1972). Dengan demikian gejolak politik yang terjadi di setiap aspek pada kehausan jabatan yang akan di dudukinya dengan cara pendekatan tetapi ketika kita melihat pandangan oleh Karl Barth (dalam Nurcholis Madjid, l992: 467) etika (dari ethos) adalah sebanding dengan moral (dari mos). kedua- duanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan (sitten). Perkataan Jerman Sitte (dari Jerman kuno, situ) menunjukkan arti mode (mode tingkah laku manusia), suatu konstansi (contancy, ketentuan) tindakan manusia. Karena itu secara umum etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang mode-mide tingkah laku manusia atau konstansikonstansi tindakan manusia. Alih-alih menerapkan logika pasar, media massa justru berperan aktif dalam pusaran konflik.

You cannot copy content of this page