Reporter: Adhil
BAUBAU – Di Kota Baubau, nasib kurang beruntung dialami dua wanita lanjut usia (Lansia). Dia adalah nenek Sarijem yang usianya sudah memasuki 101 tahun dan anak semata wayangnya yang akrab disapa Mak Tuni yang usainya juga sudah tidak muda lagi karena telah menginjak angka 75 tahun.
Nenek Sarijem, tubuh tua rentanya hanya bisa beraktivitas di rumah dengan sesekali mengerjakan pekerjaan rumah yang dianggap riangan sementara Mak Tuni, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terpaksa harus bekerja keras secara serabutan.
Bahkan sesekali, Mak Tuni harus mengumpulkan buah kelapa tua di kebun milik orang lain untuk dijual nya. Tentu dengan izin dari si pemilik kebun kelapa.
Hasil penjualannya juga tidak seberapa, dalam sehari hanya Rp 20 ribu rupiah diperoleh Mak Tuni dari hasil penjualan kepala kering dan dengan uang tersebut, digunakannya untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari meski sekedar mengisi perut yang kosong bersama ibu tercintanya.
Tidak ada harga benda yang bisa dibanggakan, setelah suami tercinta Mak Tuni meninggal dunia sembilan tahun silam, Mak Tuni harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Keempat anak tercintanya juga, terpaksa harus mengadu nasib di luar Kota Baubau.
Belum berhenti disitu, cobaan kembali menimpa Mak Tuni dan Ibunya Sarijem, rumah tempat keduanya tinggal sebelumnya roboh rata dengan tanah karena termakan usia hingga mengharuskan keduanya terpaksa tinggal di Gubuk bekas gudang milik warga.
“Ya mau gimana lagi, kita tetap harus ikhlas dan sabar. Yang penting kita tidak ambil hak orang lain, Insya Allah tuhan maha mengetahui segalanya. Yang penting bisa makan, kita sehat, kami sudah sangat bersyukur. Kalau untuk makan juga, sesekali ada tetangga yang bawakan ala kadarnya,” kata Mak Tuni ditemui di gubuknya, Rabu 13 Mei 2020.
Mak Tuni dan Ibunya, Sarijem, merupakan warga asli pulau Jawa yang tiba di Kota Baubau sekitar tahun 1981 silam melalui program transmigrasi. Saat ini keduanya tercatat sebagai warga di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau.
Meski tercatat sebagai warga kurang mampu, keduanya jarang mendapatkan sentuhan dari pemerintah setempat. Namun hal itu tidak membuat kedua wanita lansia itu mengeluh dan sedih.
Kedua wanita tangguh itu hanya bisa pasrah dan berdoa, selalu diberi kesehatan dan kesabaran untuk bisa menjalani hidup mereka di usia tuanya hingga kembali ke sang pencipta dalam keadaan damai dan khusnul khatimah.