UNAAHA – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Konawe resmi menetapkan pasangan Kery Saiful Konggoasa dan Gusli Topan Sabara (KSK-GTS) sebagai pemenang pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Konawe periode 2018-2023 di Aula Hotel Nugraha Unaaha, Minggu (11/8).
Penetapan ini sempat ditunda kerena adanya gugatan Paslon Litanto-Murni Tombili. Keputusan KPU Konawe ini digelar setelah Mahkamah Konstitusi menolak gugatan sengketa Pilkada Konawe tersebut pada Kamis (9/8/2018).
Dalam sambutannya, Ketua KPU Konawe Muhamad Aswar menjelaskan, penetapan itu sempat tertunda karena adanya gugatan dari salah satu calon di Mahkama Konstitusi (MK).
“Kami menunggu keputusan dari MK. Dan setelah salinan putusan MK itu diterima KPU baru kemudian dapat dilaksanakan pleno penetapan calon terpilih ini,” paparanya.
BACA JUGA: Pasangan Kery-Gusli Menang di MK, Ini Tanggapan Tim Kuasa Hukumnya
Namun, pada Pleno tersebut tidak dihadiri oleh dua pasangan yaitu H Litanto-Murni Tombili dan Muliyati Saiman-Mansyur, menurut Aswar keputusan KPU ini tetap sah meski tidak dihadiri dua pasangan calon lainnya.
Di tempat yang sama salah satu Calon Bupati Konawe, H Irawan Laliasa mengaku puas dan legowo atas keputusan tersebut.
“Pilkada Konawe berlangsung sangat domokratis. Hal ini membuktikan masyarakat makin dewasa dalam berpolitik. Dan hasilnya masyarakat masih menghendaki calon petahan untuk melanjutkan pembangunan yang sudah pernah dirintis di periode sebelumnya,” ucapnya di hadapan awak media.
“Saya sudah sampaikan kepada adinda Gusli Topan Sabara bahwa saya siap bersinergitas untuk turut bersama mengawal pembangunan di Konawe. Entah itu dalam konteks tindakan maupun pemikiran,” tambahnya.
Disamping itu, menanggapi putusan KPU itu, Gusli Topan Sabara mengatakan, Kabupaten Konawe merupakan episentrum demokrasi di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Tidak sekedar teori, karena melalui proses Pilkada Konawe, masyarakat dapat memperlihatkan hal tersebut.
“Inilah warisan leluhur kita. Sikap persaudaran masih tetap terpelihara meski beda pendapat,” ujarnya.
Lanjut Gusli, politik itu seni. Dan dinamika yang timbul di masa Pilkada Konawe hanyalah sebuah momok yang terjadi saat itu saja. Setelahnya, kembali dalam satu keluarga yang utuh.
“Tidak ada sekat-sekat. Semua akan kembali seperti biasa. Persoalan beda pendapat dan beda pilihan adalah hal yang biasa dalam politik dan sekarang kita hilangkan. Tinggal bagaimana kita bertindak, bersama-sama menjalankan amanah rakyat,” pungkasnya.
“Kita akan fokus mengerjakan program yang sesuai dalam visi-misi kami. Insya Allah, Oktober 2018 mendatang kami dilantik,” tambahnya.