KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Perserikatan Masyarakat Tani dan Nelayan (Permatani) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Fajar Imsak, mengingatkan para petani padi di Sultra, agar mengantisipasi musim hujan yang diperkirakan berlangsung pada Juni 2022 sampai beberapa bulan ke depan.
Kata dia, musim hujan di awal tahun ini akan berdampak terhadap produksi padi. Hal disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan padi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya curah hujan yang terlalu tinggi.
Baca Juga : Ribuan Perangkat Desa di Konawe Bakal diberikan Perlindungan BPJamsostek
“ Curah hujan yang tinggi akan sangat mempengaruhi produktifitas penghasilan para petani jika tidak diantisipasi dengan baik,” ungkap Fajar, Kamis (23/06/22).
Kata dia, beberapa waktu terakhir, hujan yang turun hampir sepanjang hari membuat sebagian besar tanaman padi tergenang air. Apabila air tidak surut, maka tanaman padi akan membusuk dan menyebabkan petani mengalami kerugian besar.
Olehnya itu, untuk mengantisipasi hal seperti ini, agar tidak terjadi, para petani agar benar-benar menerapkan pola pengairan dengan baik.
Baca Juga : BMKG Sultra Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem Sejak Tanggal 22 Juni 2022
“ Petani harus memperhatikan pola pengairan yang tepat untuk sawah mereka, karena jika tidak diperhatikan dengan cermat akan berpengaruh terhadap tanaman muda,” terangnya.
Kepada para petani, Fajar menyarankan agar membuat saluran pembuangan air untuk mengantisipasi terjadinya banjir di area persawahan.
“ Jika terjadi air tersumbat dan menggenangi air persawahan, maka segera dibuka karena akan berdampak pada tanaman terutama tanaman muda,” pesan Fajar.
Baca Juga : Komplotan Maling Spesialis Motor Trail Berhasil Diringkus
Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra harus mewaspadai dan melakukan upaya pengawalan pertanaman khususnya padi dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan banjir dengan cara mengidentifikasi daerah-daerah rawan banjir dan endemis OPT perlu dilakukan pengawalan yang intensif dalam upaya mengantisipasi terjadinya peningkatan luas kerusakan akibat banjir dan serangan OPT.
“Kemudian Meningkatkan pengamatan (deteksi) terhadap kemungkinan timbulnya OPT dan apabila menemukan spotsumber serangan OPT segera lakukan pengendaliannya sedini mungkin (gerakan spot-stop), agar kehilangan hasil produksi dapat diminimalisir. Selain itu juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap perkembangan luas serangan OPT dan DPI. Selanjutnya Menyiapkan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi kekeringan dan banjir (terutama di daerah rawan dampak perubahan iklim) untuk meminimalkan dampak yang diakibatkannya,” tukas Ketua Permatani Sultra ini.
Reporter : Rahmat R.
Facebook : Mediakendari