Penulis : Ardilan
BAUBAU – Memprihatikan, begitu lah kata yang kira-kira cocok disematkan untuk kehidupan seorang warga RT 01/RW 02 Kelurahan Tomba, Kecamatan Wolio, Kota Baubau bernama Ratna yang tinggal dibelakang kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Wanita berusia 63 tahun yang sudah tidak bersuami itu mempertanyakan perhatian dari Pemerintah setempat atau dalam hal ini pihak Kelurahan Tomba. Tinggal di wilayah yang terbilang merupakan wilayah perkotaan di daerah itu, ia mengaku sudah sekitar kurang lebih lima sampai enam tahun tak tersentuh bantuan apapun.
Walau begitu, ia merasa bersyukur memiliki tetangga yang masih memiliki kepedulian terhadap dirinya.
Ratna bercerita sebelum matanya tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya atau telah buta total, dirinya mengais rejeki untuk bertahan hidup sehari-hari dari hasil jualan warungnya yang sangat kecil itu. Namun karena saat ini ia tak dapat lagi melihat, dirinya benar-benar bergantung pada warga sekitar rumah tempat tinggalnya.
“2014 atau 2015 lalu saya tinggal disini. Selama disini tidak pernah ada bantuan. Belum lama (Tidak bisa melihat). Itu hari masih bisa pergi ke sumur, menimba air dan lainnya. Tapi sekarang tidak bisa mi keluar rumah. Kalau makan, kadang kala dibawakan bubur atau nasi sama mamanya Ifana. Kalau saya lapar sekali, saya suruh anak-anak pergi mintakan di rumahnya mamanya Fani. Air juga begitu,” ungkap Ratna kepada MEDIAKENDARI.Com ditemui langsung dikediamannya, Selasa 26 Januari 2020.
Ratna mengatakan dirinya memiliki dua anak. Namun tidak menghiraukan kondisinya. Satu anaknya berada di luar Kota, sedangkan satunya lagi ada di Kota Baubau.
“Tapi sekarang masih dalam keadaan lagi sakit (Anaknya). Dia kerja juga, ya hanya begitu lah,” ujarnya.
Ratna menerangkan sebelum kembali tinggal di Kelurahan Tomba, ia pernah tinggal di Palatiga Kelurahan Bukit Wolio Indah (BWI), Kecamatan Wolio. Kala itu, ia masih bersama almarhum suaminya. Namun saat suaminya tutup usia, ia kembali mendiami rumah orang tuanya yang saat ini ia tinggali.
Selama di Palatiga, ia sempat menerima bantuan beras miskin (Raskin) yang saat ini berubah nama menjadi bantuan beras pra sejahtera (Rastra). Sayangnya setelah itu, dirinya tidak lagi memperoleh bantuan bahkan selama pandemi Corona virus disease 2019 (Covid-19) berlangsung.
“Selama corona, saya belum pernah rasa. Hanya tetangga yang kasih, katanya beras bantuan corona. Pernah didata tapi bukan untuk bantuan,” keluhnya.
Saat awak MEDIAKENDARI.Com mengkonfirmasi pihak Kelurahan Tomba terkait persoalan Ratna, Lurah Tomba, Abdul Azis Marikar memberikan jawaban berbeda.
Azis Marikar mengaku dirinya sudah memerintahkan RT 01 di tempat tinggal Ratna untuk mendata semua warganya agar jika terdapat bantuan pihak Kelurahan Tomba bisa memberikan bantuan yang bisa diberikan.
Hanya saja, saat wartawan mempertanyakan persoalan Ratna, Azis Marikan justru menyebut nama lain yaitu Wa Ode Rahmi. Menurutnya, nama yang ia sebut telah didata untuk menerima bantuan Covid-19.
“Dia dapat bantuan. Dia diantar sama anaknya. Dia terima, langsung dia datang dikantor. Saya tau, bagaimana saya tidak tau. Ada RT-nya disitu. Semua pendataannya jelas ada di kantor,” kata Lurah Tomba, Abdul Azis Marikar dihubungi via telepon selulernya.
Ia menjelaskan selain bantuan sosial (Bansos) pihaknya juga sempat mengusulkan bantuan berupa penuntun bagi orang buta dan alat pendengar pembantu bagi yang tuli ke Dinas Sosial (Dinsos) Kota Baubau pada tahun 2018 lalu. Namun karena pandemi Covid-19, kata Azis, Dinsos Baubau tidak bisa menyanggupi pengusulan tersebut.
“Ada tapi alat penuntun. Pada saat kita usul 2018 supaya ada bantunya untuk orang tuli, orang buta yang pake tongkat yang segi lima itu, dari Sosial langsung dibatalkan karena Covid itu hari. Katanya alat itu tidak bisa dipenuhi lagi karena anggaran mereka kebanyakan dilarikan ke Covid. Saya daftarkan di Sosial itu, tapi yang dapat cuma alat pendengar. Banyak yang tidak dapat termasuk ibu itu,” bebernya.
Ditanya soal kartu tanda penduduk (KTP) Ratna yang masih tercatat warga Kelurahan BWI, Azis mengaku siap membantu agar Ratna menjadi warga Kelurahan Tomba.
“Itu gampang saja. Karena mungkin dia cacat atau buta, dia utus ahli warisnya datang di kantor supaya kita proses identitasnya. Setelah kita buatkan domisili, buatkan keterangan baru ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Kalau dia nikah harus bawa kartu nikah,” tandasnya.
Menanggapi hal ini, anggota DPRD Kota Baubau, Acep Sulfan sangat menyayangkan sikap Lurah Tomba tersebut. Ia menilai, kinerja Lurah tidak serius menanggapi persoalan warganya.
“Kenapa dia serahkan ke RT, bukan dia langsung sebagai Lurah yang datang berkunjung ke ibu Ratna itu. Sebagai pemimpin wilayah, dia harus turun melihat langsung warganya,” kesal Acep Sulfan.
Ia juga mengungkapkan mayoritas masyarakat lingkungan Kabumbu RT 01/ RW 02 juga mengeluhkan kinerja Lurah Tomba.
“Rata-rata itu mengeluh dengan masalah-masalah bantuan dan kurangnya informasi. Bahkan ada RT-nya mengusulkan di Musrembang ditolak oleh pak Lurah. Kok bisa begitu. Padahal mekanisme sebenarnya itu harusnya dari RT, kok dari Lurahnya yang buat. Jadi aneh buat saya” bebernya.
Ia berharap persoalan ini cepat direspon oleh Pemerintah Kota (Pemkot) atau dalam hal ini Asisten I Setda Kota Baubau yang membidangi pemerintahan.
Ia menambahkan dirinya akan mencoba membantu Ratna agar mendapat bantuan dari Dinsos Kota Baubau. Politisi Gerindra ini telah mengambil kartu keluarga dan KTP Ratna untuk ia usulkan ke Dinsos Baubau.
“Mudah-mudahan ibu Ratna bisa dapat bantuan dari Dinas Sosial. Kalau perlu bisa masuk program keluarga harapan (PKH) lanjut usia (Lansia),” pungkas Ketua Fraksi Gerinda Sejahtera DPRD Kota Baubau itu.