Reporter : Ferito Julyadi
KENDARI – Perubahan tiap tahunnya terus terjadi. Teknologi, kebijakan politik hingga ekonomi terus melakukan transformasi agar lebih baik lagi. Ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 memaksa kita untuk melakukan perubahan itu.
Menteri Koperasi dan UMKM RI, Teten Masduki pun mendorong untuk adanya tranformasi khususnya bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk melakukan empat tips transformasi atau perubahan.
Hal itu sampaikan dalam sambutannya pada acara Semarak UMKM dan Optimalisasi Koperasi Sultra 2020, Sabtu 12 Desember 2020 di Rujab Gubernur Sultra.
Keempat tranformasi itu ialah Transformasi Informal ke Formal, Tranformasi Digital dan Penerapan Teknologi Produksi, dan UMKM yang berbasis ranti pasok.
Teten menjelaskan, transformasi informal ke formal harus dilakukan karena saat ini masih banyak UMKM yang belum berbadan hukum dan usaha.
“Apalagi dalam struktur UMKM, usaha Mikro yang paling gemuk. Dari waktu ke waktu struktur itu tidak berubah. Kemudian adanya pandemi, dimana kami melihat jumlah usaha Mikro akan semakin banyak karena banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga memutar otak membuka usahanya sendiri, baik digital maupun warung-warung kecil,” ujarnya.
Usaha Mikro di Indonesia hampir mencapai angka 98 persen. Untuk itu, strategi yang pihaknya lakukan ialah dengan mendorong juga usaha Kecil dan Menengah agar tumbuh ke atas dan ke samping. Tidak hanya usah Mikro saja yang terus berkembang jumlahnya.
“Dalam UU Cipta Kerja saat ini, untuk mendorong tranformasi dari informal ke formal banyak kemudahan. Sehingga kesempatan pelaku UMKM naik kelas lebih mudah,” terangnya.
Transformasi Kedua, Digital dan Penerapan Teknologi. Penerapan teknologi digital bagi pemasaran akan mengefisienkan proses bisnis UMKM.
Saat ini di Indonesia, perdagangan elektronik atau e-commerce mencapai 93. Dimana untuk melakukan pembelanjaan sudah bisa diakses lewat pasar digital. Teten berkata, hal itu ada kaitannya dengan perbaikan infrastruktur internet termasuk juga infrastruktur logistik di darat.
Sekarang market/pasar di dalam negeri itu juga diserbu oleh produk-produk luar (Impor) melalui E-Commerce.
“Produk UMKM kita harus distandarisasi sekelas produk-produk dunia. Oleh karenanya, perbaikan teknologi produksi mutlak kita lakukan,” imbuhnya.
Meskipun demikian, UMKM yang rata-rata produksinya menyebar (kecil-kecil) menjadi masalahnya. Biasanya Pemerintah bagikan alat untuk setiap UMKM, namun kebanyakan alatnya sederhana dan mangkrak (tidak terawat) sehingga terasa sia-sia.
Kedepan, pihak Kementrian Koperasi dan UMKM akan mendorong ke sentral-sentral (kawasan), kluster dan membangun Rumah Produksi Bersama. Dimana para UMKM tidak perlu punya alat sendiri-sendiri, sehingga peralatan yang dibuat bisa lebih modern.
Transformasi ketiga, UMKM yang berbasis pada rantai pasok dan teknologi. Rata-rata UMKM di negara lain tidak membuat barang jadi, tetapi lebih memproduksi bahan baku, atau setengah jadi bahkan hanya bahan bakunya saja. Sehingga itu menjadi bagian dari rantai pasokan industri global.
“Kami akan membuat beberapa pilot project untuk hal tersebut. juga dengan adanya ketiga tranformasi ini tentunya akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia nantinya,” pungkasnya.