Reporter: Jul Awal / Editor: La Ode Adnan Irham
LAWORO – Wa Naani berjalan pelan sambil sesekali meraba dengan tangan dan kaki, tanpa tongkat atau alat bantu, padahal nenek 70 tahun itu telah kehilangan indra penglihatan sejak lama.
Ia terus masuk ke dalam areal kebun kecil yang ditanami ubi kayu menuju tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir, tempat itu tak layak disebut rumah. Ukurannya 1 kali 1,5 meter, tanpa dinding di dua sisi, sedang dua sisi lain ditutupi kayu dan seng bekas serta dibangun dengan tinggi satu meter lebih diatas tanah.
Ia terpaksa numpang di lahan yang dulu miliknya sebelum dijual, karena pemilik baru belum memanfaatkan lahan tersebut. Disitulah nenek tunanetra itu menghabiskan waktu istirahatnya jika tak ada kesibukan di kebun seluas kurang dari 10 meter di Desa Kasakamu, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara.
Ia hidup benar-benar sendiri, setelah bercerai dari suaminya saat dua anaknya masih kecil-kecil. Kini meski kedua anaknya sudah dewasa, ia masih sungkan dan kadang malu merepotkan anaknya yang masing-masing sudah berumah tangga. Apalagi, ekonomi anak-anaknya pun tak jauh beda dengannya.
Naani bukan penduduk asli desa itu, ia berasal dari Lasehao, kampung tua di Kabupaten Muna.
Karena tak pernah secuilpun program pemerintah menyentuhnya langsung, untuk makan sehari-hari, ia memanfaatkan singkong yang ia tanam, kadang jika belum berisi terpaksa minta di anak sulungnya, kadang juga mengharap belas kasih tetangga. Setelah dapat makan, ia kembali ke gubuknya, tidur dan istirahat.
“Nomahomo rafulu taghu aelate naini, minaho nanumando aeghawa bantua (hampir dua puluh tahun saya tinggal di sini, belum ada saya dapat bantuan,” katanya.
Tetangga Wa Naani, Hirzan menuturkan ia kerap mengajak Naani nakan di rumahnya, kadang juga di tetangga lain. Naani menurutnya sangat layak dapat bantuan pemerintah.
“Saya berharap semoga ada perhatian pemerintah, terutama tempat tinggalnya,” ungkap Hirzan.
Sementara itu, Pemerintah Desa Kasakamu berdalih Wa Naani belum pernah tersentuh bantuan karena saat akan didata, tak punya identitas.
“Dia sudah terdata di buku kependudukan desa tapi dia tidak memiliki KTP, mungkin itu kendalanya,” ungkap Sekertaris Desa Kasakamu, La Kahumbu. (A)