Reporter: Betirudin / Editor: La Ode Adnan Irham
KENDARI – Tujuh daerah di Sultra dipastikan bakal menggelar pemilihan kepala daerah di 2020 ini. Kepala daerah yang masih menjabat juga
dipastikan bakal kembali mempertahankan kursinya, namun kemungkinan besar akan pisah dengan pasangannya yang memilih jalannya sendiri-sendiri.
Meski belum resmi, terlihat sudah ada yang mendeklarasikan diri maju sebagai bupati dan ada pula yang malah tetap di kursi wakil dan memilih ganti pasangan.
Di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) misalnya, Surunuddin Dangga dipastikan maju kembali, akan dilawan wakilnya saat ini, Arsalim yang juga memilih maju sebagai bupati.
“Ketika wakil memanfaatkan momentum itu untuk menjual ruang sebagai pihak yang terzalimi, maka itu merupakan salah satu poin bagi wakil melawan bupati di kompetisi,” tutur Pengamat Politik Sultra, Muhammad Najib Husen ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa 25 Februari 2020.
Dia menilai, jika bupati dan wakil bupati sama-sama maju untuk merebutkan ’01’, keduanya juga pasti sudah membaca strategi permainan
kedepan. Sehingga mantan kawan akan jadi lawan dan peluangnya sama, masih fifty-fifty (seimbang).
Untuk Kabupaten Kolaka Timur dan Kabupaten Wakatobi, kemungkinan juga pecah kongsi, dimana wakil masing-masing memilih tetap ’02’ namun ganti pasangan.
“Mungkin ada ketidakpercayaanya di lima tahun ini,” kata Najib menilai alasan pasangan berpisah.
Di Kabupaten Buton Utara, peluang Abu Hasan sangat besar, karena wakilnya kini, Ramadio tidak ikut kontestasi, hingga kemungkinan nama Suhuzu akan mendampingi ketua DPD PDIP Sultra itu. Namun beberapa nama muncul, termasuk mantan lawannya di Pilkada 2015, Ridwan Zakaria.
Jabatan Abu Hasan sebagai Ketua DPD PDIP Sultra katanya, bisa dijadikan strategi meraup kemenangan dan memperluas elektabilitas. Namun jika tidak bisa dikelola dengan baik, akan jadi blunder.
Berbeda dengan di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), bupati dan wakil bupati tetap akur, sehingga ini menjadi poin penting melihat hanya ada satu calon independen, sehingga peluang kemenangan cukup besar.
Pilkada Kabupaten Muna, paling menarik perhatian Dosen Fisip Universitas Halu Oleo (UHO) ini. Petahana Rusman Emba dikelilingi lawan-lawan politik yang tangguh, seperti Raji’un Tumada, Syarifuddin Udu dan mantan rivalnya di pilkada sebelumnya, dr Baharuddin.
“Sehingga peluang kemenangan sangat ditentukan oleh ’02’nya dan partai pengusungnya,” prediksi Najib.
“Kalau Rusman Emba mau menang, jangan membuat konflik dengan Raji’un, supaya simpati kepada petahana itu tetap tinggi dalam melihat pemimpin yang akur,” pesannya.
Najib menilai, salah satu penyebab terjadinya “perceraian”. karena regulasi yang dibuat tidak tegas memberikan tugas pokok dan fungsi bupati dan wakil bupati.
Menurutnya, perpecahan tidak perlu terjadi jika ada kedewasaan keduanya. ia mencohtohkan, mantan Gubernur Sultra Nur Alam dan Saleh
Lasata merupakan contoh figur yang menarik, sebab tetap akur selama 10 tahun. (A)