JAKARTA – Maraknya Aksi unjuk rasa diberbagai daerah telah dikumandangkan. Tuntutan masa aksi yang menginginkan orang nomor satu Indonesia yakni Joko Widodo selaku presiden RI untuk segera dilengserkan dari Jabatannya, ditambah lagi soal anjloknya nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dolar itu memunculkan tanggapan diberbagai kalangan.
Atas aksi tersebut seorang Pengamat politik, Karyono Wibowo turut menanggapinya. Menurutnya aksi tersebut sah-sah saja yang terpenting dilakukan dengam cara-cara yang konstitusional serta memiliki data yang valid.
Walau begitu, menurutnya aksi unjuk rasa tersebut tidak murni untuk menumbangkan rezim Jokowi atau persoalan nilai mata uang rupiah, tetapi dirinya mengindikasikan bahwa aksi itu ada hubungannya dengan momen Pilpres 2019.
“Saya wajar-wajar saja yang penting aksinya dilakukan dengan cara-cara yang benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. saya tidak sampai pada satu analisis bahwa gerakan tersebut untuk menjatuhkan jokowi, saya kira justru lebih kuat korelasinya terhadap Pemilu 2019 aksi-aksi itu,” Katanya di Hotel Ibis, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018).
Betapa demikian, dirinyapun juga mengapresisiasi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Front masyarakat dan mahasiswa itu. Baginya sangat penting sebagai kelompok masyarakat dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang berkuasa. Walau demikian dirinya berpesan agar aksi yang dilakulan oleh kelompok masyarkat itu dilampiri sebuah data yang valid atau sah sehingga tidak berkesan asal bunyi (asbun) yang kemudian dapat dipertanggung jawabkan.
“Saya mengapresiasi itu tetapi datanya itu harus kuat, artinya tidak asal ngomong harus ada data-data yang dapat dipertanggung jawabkan,” cetusnya.
Lanjut Karyono yang ikut menyinggung soal anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap dolar itu katanya, dipengaruhi kondisi global seperti krisis yang terjadi di turki dan argentina, kemudian melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar dipicu juga oleh perang dagang antara amerika dan Tiongkok.
Menurutnya, menurunan nilai mata uang tupiah terhadap dolar itu tidak sama dengan kondisi 1998 silam. Kata dia, itu sebuah kekeliruan dari masa aksi yang melakukan unjuk rasa dan harus diluruskan sehingga tidak ada kesalapahaman antara masyarakan dan pemerintah.
“Ini yang keliru, ini harus diluruskan. kan mereka membangun narasi bahwa akan terjadi 98, Nilai mata uang anjlok ini maksud saya. ini lebih pada propaganda politik dibandingkan sebuah analisis ilmiah karena saya jamin pasti meleset ini,” pungkas dia.
Selain itu, dirinya memberikan contoh kedua seperti yang di sampaikan oleh Roky Gerung yang katanya “ngga perlu dilengserkan Jokowi dengan lengsernya rupiah Jokowi pasti akan lengser sendiri,” sebut Karyono
Kata Karyono, apa yang disampaikan oleh Roky Gerung merupakan kekeliruan besar dalam berspekulasi, sebab perbedaan antara melemanya rupiah terhadap dolar itu cukup jauh perbedaannya pada kejadian 98.
“Itu terlalu gegabah. yah saya khawatir aja meleset mereka analisisnya-analisisnya itu karena tidak sama melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar saat ini dengan kasus-kasus 98,” terangnya.
“Jadi krisis 98 itu kurang dari satu tahun itu dispresiasi rupiah terhadap dolar itu 600% dari angka 1 dolar itu 2.350 rupiah sampai tembus angka 16 ribuh atau 600%. sekarang menurunnya dari angka 13 ribu sampai atau katakanlah sampai 15 ribu kemarin itu, itu tidak sampai 20% sementara 98 600%,” urainya.
Dirinyapun berpesan, dalam menyampaikan atau berspekulasi harus dibarengi dengan data yang sah sehingga dapat memberikan efek jerah positif bagi masyarakat, bukan malah sebaliknya.
“kalo menyampaikan data yang benar itu, mencerahkan ya, ada unsur pendidikan untuk masyarakat, tetapi kalo kemudian justru sebaliknya menyampaikan data-data hoax justru itu membodohi masyarakat,” tandasnya.
Kendatipun demikian, dirinya kembali menegaskan bahwa jika dilihat dari segi angka nilai tukar rupiah, itu tidak salah namun begitu, dirinya mengindikasi bahwa isu itu sengaja diangkat kepermukaan sehingga berkesan Presiden Jokowi gagal dalam mengelola ekonomi bangsa ini ketimbang presiden-presiden RI sebelumnya.
“Nah sekarang ini hati-hati, dalam pertarungan politik ini ya, sekarang sudah mulai memanas, ini nanti akan ada narasi-narasi yang di freming, kalo dilihat dari angka data tidak salah tetapi itu sengaja dibuat untuk membentuk opini publik tentang kegagalan Jokowi,” cetusnya.
Pengamat Politik itupun berpesan bahwa silahkan menyampaikam aspirasi, jalankan fungsi mahasiswa kita sebagai Agend of change, agen perubahan sebagai fungsi kontrol terhadap kekuasaan, kata dia, namun jangan sampai terjebak kepentingan politik.
“Jangan sampai aksi-aksi yang bagus itu, itu dimanfaatkan oleh kepentingan politik tertentu dalam konteks pemilu 2019 nanti,” tandasnya Karyono.(b)