NEWS

Sejumlah Pihak Tolak Rencana Betonisasi Baruga Wolio

2135
×

Sejumlah Pihak Tolak Rencana Betonisasi Baruga Wolio

Sebarkan artikel ini
Baruga Adat Wolio milik eks Kesultanan Buton.

BAUBAU,MEDIAKENDARI.COM – Sejumlah pihak yakni kerapatan keluarga wajo serumpun (KKWS) dan para pemuda Keraton Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) secara tegas menolak rencana betonisasi baruga adat wolio oleh Gubernur Sultra, Ali Mazi.

Juru Bica KKWS, Joni Munadi Awal mengatakan pihaknya menilai revitalisasi/ rehabilitasi/ rekonstruksi/ pemugaran/ restorasi apapun perlakuan yang bertujuan pelestarian wajib mempertahankan nilai-nilai kearifan local, dimulai dengan  keaslian bahan, bentuk, tata letak ruang dan fungsi cagar budaya dengan mengadaptasi arsitektur tradisional.

Joni meminta Gubernur Sultra agar rekonstruksi Baruga Keraton Wolio Buton sesuai konsep konstruksi arsitektur tradisional berbahan kayu.

Dikatakan, KKWS juga nendesak Wali Kota Baubau, dan DPRD Kota Baubau untuk bersikap tegas, kongkrit dan nyata dalam proses perlindungan Kawasan Benteng Wolio Buton sebagai kawasan khusus Kota Baubau, sebagaimana tertuang dalam Perwali nomor 179 Tahun 2022.

“Kami juga meminta seluruh elemen masyarakat eks Kesultanan Buton di seluruh Indonesia termaksud di dalamnya komunitas adat, pegiat budaya, mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, wartawan untuk bersama-sama mengawal serta melindungi warisan budaya leluhur sebagai kecintaan pada jati diri dan identitas masyarakat Buton,” ungkap Joni Munadi Awal dalam keterangannya ditulis Senin, 13 Maret 2023.

Joni berharap Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk mengawasi proses rekonstruksi Baruga Kesultanan Buton demi menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal dan memperkaya khasanah budaya nusantara.

Hal senada diungkapkan salah satu Pemuda Keraton, La Ode Muhammad Asmar Iyan Saputra. Menurutnya, langkah Ali Mazi ini merupakan bentuk egois dan terburu-buru seorang pimpinan daerah dalam mengambil sikap yang dapat berdampak pada pengrusakan sejarah dan budaya Buton. Selain itu, seharusnya bentuk desain dan bahan material yang digunakan untuk Balai pertemuan peninggalan kesultanan buton ini harus memperhatikan desain sebenarnya dan bukan mengada-ngada.

“Tidak ada sejarahnya baruga yang ada di tanah leluhur yang kita banggakan ini berbahan beton. Bisa jadi langkah (Gubernur) ini nantinya berakhir pada pengrusakan budaya dan pembodohan sejarah buat anak cucu kita. Revitalisasi baruga ini harus tetap memperhatikan bentuk sebenarnya, Jangan dicederai. Ketika baruga sudah betonisasi dan merubah bentuk yang seharusnya, tidak menutup kemungkinan ada pergeseran budaya yang akan terjadi,” jelasnya.

Pemuda yang akrab disapa Iyan itu juga menyoroti bahasa Gubernur Ali Mazi yang menyatakan baruga yang akan dibangun ini menggunakan dinding dan tidak lagi terbuka sebagaimana tempat pertemuan yang memang harus tertutup. Sehingga, orang-orang akan merasa nyaman bila melakukan pembicaraan bersifat internal di dalam baruga.

“Ada kekeliruan berpikir yang dilakukan gubernur ini. Ia lupa, bahwa ini baruga baruga adat peninggalan kesultanan Buton. Kalau hanya berbicara fungsi dan tujuan, mending pemerintah membangun lagi balai pertemuan lainnya dan tidak menggunakan nomenklatur baruga.
Bisa gunakan nomenklatur pembangunan aula pertemuan, jangan revitalisasi baruga adat karena kita ketahui sendiri baruga peninggalan leluhur bentuk seharusnya bagaimana dan tidak bisa diada-adakan,” katanya.

Iyan menegaskan akan berupaya menghalangi jika revitalisasi baruga adat Keraton berbahan beton itu tetap dilakukan sebagai bentuk tanggung jawabnya anak cucu leluhur dalam menjaga peninggalan mereka.

“Saya tidak dalam posisi melawan pak Gubernur, tetapi melawan kebijakannya yang akan mengubah bentuk baruga adat peninggalan leluhur saya,” tutupnya.

Penulis : Ardilan

You cannot copy content of this page