Redaksi
KENDARI – Politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Tenggara, Kery Saiful Konggoasa mengaku meragukan hasil survei The Haluoleo Institute (THI) yang baru saja dirilis, Minggu (10/3/2019) kemarin.
Menurut Kery, hasil survei itu ‘jauh panggang dari api’, yang maksudnya tidak sama sekali menggambarkan peta politik di masyarakat. Sebab, data yang dipaparkan sebagai hasil survei cenderung tidak realistis dan banyak keanehan.
Ketua Harian DPW PAN Sultra ini juga menilai, track record dan kredibilias THI sebagai lembaga survei patut dipertanyakan. Pasalnya, hasil survei politik yang dirilis THI, kerap kali melenceng jauh dari hasil rill.
Kata Kery, salah satu data survei THI yang disebutnya tidak logis, yakni distribusi dukungan untuk Hugua yang berada diposisi teratas, di Dapil 6 – Konawe, Konawe Utara dan Konawe Kepulauan-, dengan presentase 10,0 persen.
Baca Juga :
- Tina Nur Alam Nyatakan Sikap Mundur dari Caleg Terpilih Pemilu 2024, Ali Mazi Naik Podium
- 68 Calon Panwascam Pilkada Muna 2024 Jalani Tes Tertulis, Al Abzal Naim: Soal-soal Berasal dari Bawaslu RI
- KPU Muna Pastikan Tak Ada Calon Perseorangan di Pilkada 2024
- Bawaslu Konut Umumkan 22 Nama-nama Calon Panwascam, Besok Tes Tertulis
- Wakil Ketua DPRD Baubau Dukung Usulan Peningkatan Insentif Dokter Ahli
- Angkatan Muda Tolaki Tolak Balon Bupati Konawe Bermasalah
Menurutnya, hasil tersebut “aneh”, karena nilainya justru mengalahkan distribusi dukungan untuk Fahry Pahlevi Konggoasa (FPK) dengan presentase hanya 3,3 persen. Padahal, Dapil 6 merupakan wilayah domisili FPK beserta keluarga besar dan basis utama kantong suara FPK.
Untuk presentasi distribusi suara ini, FPK menurut data THI malah disebut unggul di Kota Kendari dengan presentase mencapai 5,7 persen.
“Itu haknya THI untuk merilis, tapi tetap kami ragukan. Masa suara Hugua unggul di Konawe?, padahal waktu Pilgub suaranya Hugua tidak signifikan sama sekali. Lucunya lagi, FPK lebih unggul di Kota Kendari dari pada di Konawe,” ungkap Kery.
Tidak hanya itu, Bupati Konawe dua periode ini juga meragukan hasil survei terkait elektabilitas Calon Legiselatif DPR RI di Dapil 6. Menurut data THI, untuk elektabilitas Ir Hugua kembali berada diurutan teratas dengan 14,2 persen, disusul Ridwan Bae dan FPK di urutan ketiga.
“Kalau 14,2 itu berarti suaranya 230-ribuan suara, ini kan aneh. Saat pencalonan Ibu Tina, waktu Nur Alam masih Gubernur, suaranya hanya 130-an ribu. Kok ini ada yang mengklaim bisa 200 ribu lebih. Lucu ini, lebih banyak suara Calegnya dari pada Cagubnya kemarin,” ujarnya.
Kery menegaskan, keraguannya atas hasil survei THI bukan tanpa sebab. Pasalnya, data hasil survei yang dirilis THI di sejumlah suksesi politik sudah membuktikan, bahwa prediksi dari hasil survei THI umumnya meleset dan malah berbeda dengan hasil yang terjadi dilapangan.
Dicontohkan Kery, survei Pilwali Kendari, THI merilis tingkat elektabilitas pasangan ADP – SUL dibawah Rasak – Haris. Namun faktanya, saat penghitungan suara, pasangan ADP – SUL yang memenangkan suksesi Pilwali Kendari.
Baca Juga :
- 35 Peserta Existing Panwascam di Konut Ikut Tes Penilaian Evaluasi Kinerja
- Nurnining Siap Ramaikan Pilkada Konawe, Bawa Misi Kemakmuran Rakyat Secara Menyeluruh
- Setelah 12 Tahun, Akhirnya TP PKK Konawe Jadi Tuan Rumah Jambore dan HKG Tingkat Provinsi
- Pj Gubernur Bersama Sekda dan OPD Lingkup Pemprov Sultra, Gelar Buka Puasa Bersama dan Shalat Tarwih Berjamaah
- Pj Gubernur Sultra Imbau Agar Tidak Percaya Bila Ada yang Mengatasnamakan Dirinya untuk Peroleh Jabatan
- Pemprov Sultra Sambut Ramadan dengan Doa Bersama
“Survei THI di Pilkada Konawe, katanya menang pasangan Litanto – Hj Murni Tombili, hasilnya kalah. Pilwali Kendari katanya bakal dimenangkan Rasak – Haris, malah hasil hitung cepatnya Rasak sudah menyatakan menang, hasilnya ternyata kalah,” urainya.
Pengalaman tersebut, lanjut Kery, membuat dirinya meragukan kredibilitas dan kualitas hasil survei yang dirilis THI. Baginya, survei ini hanya untuk menggiring opini masyarakat dan menyenangkan sejumlah pihak.
“Terlalu banyak akurasi data yang dikeluarkan lembaga survei ini yang saya ragukan. Ini seolah olah hanya untuk mengiring opini kemasyarakat saja, hanya kasih senang-senang saja,” ungkapnya.
Untuk peta politik dan prediksi suara di Pilpres dan Pilcaleg 2019, kata Kery, pihaknya juga telah melakukan survei dengan melibatkan lembaga yang kredibel. Namun, data survei tersebut hanya untuk konsumsi internal.
Baca Juga :
- Pj Bupati Sebut Kunker Presiden ke Konawe Berbuah Apresiasi Berupa Pemberian Sejumlah Program Baru
- Ingin Sampaikan Keluhan ke Presiden Secara Langsung, Seorang Warga Nekat Terobos Barisan Pengamanan. Ini Hasil Penelusuran Sekda Sultra
- Pj Bupati Konawe Sesalkan Pria Yang Mendekati Presiden dari Belakang Saat Wawancara Tidak Mau Koordinasi Pemkab Konawe
- Pj Bupati Harmin Ramba Jelaskan Pria di Konawe yang Menghampiri Presiden RI Hanya Untuk Menyampaikan Aspirasi
- Begini Rencana Berkelanjutan Pj Bupati Konawe Usai Bendungan Ameroro Diresmikan
- Pj Bupati Konawe Benarkan Jika Penerobos Barisan Presiden Itu Mantan ASN yang Dipecat
“Kita sudah ada survei, datanya sudah dirilis dan hasilnya seluruhnya berbeda dengan data THI. Tapi itu untuk konsumsi internal, bukan untuk publik. Gubernur itu sudah tahu hasil survei itu, sudah tahu siapa yang akan duduk di Senayan,” ujarnya.
Untuk hasil survei yang disebut ‘Internal’ ini, Kery hanya membocorkan prediksi perolehan suara Caleg DPR RI di Dapil 6, yang menurutnya bakal dimenangkan, Fahri Pahlevi Konggoasa, yang tak lain adalah putranya sendiri. Hasil ini tentu berbeda dengan rilis data hasil survei THI, yang memenangkan Caleg PDIP, Hugua di Dapil 6 di urutan pertama, disusul Ridwan Bae dari Golkar dan Fahri Pahlevi Konggoasa dari PAN diurutan ketiga.
“Survei THI, saya tidak telalu persoalkan, saya kira ini hanya pancingan agar teman-teman di PDIP semakin semangat bekerja. Hanya bagi saya, ini cukup banyak keanehan, salah satunya ya kemenangan Hugua di Konawe itu bagi saya tidak logis,” pungkasnya.