Kendari

UMKM Sekitar PT VDNI Tetap Bertahan Ditengah Pandemi

309
pedagang
Salah satu pedagang di PT VDNI. (Foto: Ist)

Reporter : Rahmat R.

KENDARI – Penyebaran wabah covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020, berampak terpukulnya kondisi ekonomi mulai sektor industri besar hingga Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

Dampat tersebut misalnya saja yang dirasakan Fandi (27), pelaku usaha jasa layanan perbankan berbasis mini bank via mesin EDC dari bank BRI, atau BRILink.

Fandi seharinya menjual jasa layanan bank tersebut ditempat tinggalnya di sekitar kawasan mega industri PT Virtue Dragon Nikel Industri (VDNI), di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe.

Ia menceritakan, sebelum corona dirinya mampu membukukan keuntungan hingga Rp 10 juta rupiah per bulan dari proses transaksi tarik uang maupun transfer uang.

Namun, dimasa corona, pendapatanya menurun drastis hingga keuntungan yang mampu dibukukan hanya beberap juta saja, karena wabah tersebut membuat PT VDNI harus merumahkan ribuan karyawannya.

“Bisnis seperti saya ini biasanya ramai di awal-awal bulan karena pas karyawan itu gajian, jadi pas corona kemarin itu karena banyak pekerja yang dirumahkan jadi lumayan berkurang juga yang menarik uang,” terang Fandi.

Meski demikian, dirinya masih bersyukut karena serangan wabah asal china tersebut tidak membuat usahanya gulung tikar atau bangkrut total, karena masih adanya yang tidak dirumahkan.

“Alhamdulilah tidak sampai usaha gulung tikar, masih banyak karyawan yang tetap bekerja karena perusahaan tetap menjalankan aktivitasnya,” ujarnya.

Kondisi sepenanggungan juga dirasakan, Sakinah (45), yang seharinya berjualan aneka gorengan di sekitar PT VDNI, dengan pelanggan utama adalah karyawan di perusahaan pertambangan nikel tersebut.

Diceritakannya, sebelum corona, usaha jualan mulai dari tahu isi, pisang goreng, tempe, dan pisang molen yang digelutinya mampu mengumpulkan pundi-pundi hingga Rp 5 juta sebulan.

“Jual gorengan ini naik turunji pendapatannya, tapi alhamdulillah sehari bisa dapat lima ratus ribu rupiah bersih,” tutur ibu rumah tangga yang telah dikaruniai tiga anak ini.

Lain halnya dengan, Anto (54), seorang pedagang sayur, yang mengaku penyebaran wabah pandemi tidak terlalu berdampak pada penurunan keuntungan dari usahanya itu.

Sebab, meski banyak karyawan yang di rumahkan, komoditas sayur tetap menjadi kebutuhan pokok seharinya. Selain itu, banyaknya karyawan yang tinggal di rumah kos – kosan membuat penjualan sayurnya tetap laku.

Menurutnya, lebih banyak karyawan yang memilih memasak sendiri di rumah ketimbang membeli makanan siap saji terlebih di akhir bulan. Untuk itu, dirinya pun mampu mendapatkan keuntungan Rp 5 juta rupiah sebulan.

“Ramai itu orang beli sayur akhir-akhir bulan, biasa tanggal tua toh,” kata Anto, ditemui seusai menjajalan sayurnya di sekitar kos-kosan karyawan PT VDNI.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version