Warga Amerika akan mengatur jam dan arloji mereka satu jam lebih cepat mulai hari Minggu (10/3), yang menjadi awal “daylight savings time,” suatu praktik untuk memanfaatkan periode cahaya yang lebih lama selama musim semi dan musim panas.
Praktik yang dimulai di Jerman pada tahun 1916, selama Perang Dunia Pertama, pada awalnya dimaksudkan untuk melestarikan batubara dengan mengurangi penggunaan cahaya buatan pada malam hari. Ketika perang berakhir tahun 1918, sejumlah negara Eropa lain mengikuti praktik itu.
Kritik terhadap praktik ini menyatakan “daylight savings time” tidak benar-benar menghemat energi karena justru mendorong orang menggunakan lebih banyak cahaya buatan pada pagi hari yang masih gelap, dan lebih banyak penyejuk ruangan atau AC pada malam hari.
Amerika mulai membiarkan masing-masing negara bagian menerapkan “daylight savings time” pada tahun 1918. Hanya negara bagian Arizona dan Hawaii yang tidak melakukan perubahan waktu ini. Praktik ini juga telah meluas di Timur Tengah dan Asia Tengah.
Tanggal mulai dan berakhirnya “daylight savings time” ini berbeda-beda, tetapi sebagian besar negara di belahan utara memulai waktu musim panas pada bulan Maret atau April, dan beralih kembali pada bulan Oktober atau November.
Uni Eropa mengubah “daylight savings time” mereka pada tanggal 27 Maret. [em]