BOMBANA

Dari Untung Jutaan Sehari, Usaha Cukur Mang Tohir di Bombana Kini Amsyong “Dimakan” Corona

388
Mang Tohir saat mebersihkan ruang pangkas rambut miliknya. Foto: Hasrun./A

Reporter : Hasrun.

RUMBIA – Penyebaran virus corona tidak hanya merusak fisik korbannya, tapi juga berdampak di berbagai sendi kehidupan ekonomi masyarakat yang semakin amsyong atau merugi dan terancam gulung tikar.

Salah satu usaha yang perlahan mati akibat “dimakan” virus asal China tersebut yakni usaha cukur Mang Tohir yang terletak di Jalan Poros Kasipute, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana.

Pasalnya, sejak menyebarnya pandemi maut dari negeri tirai bambu itu, pengunjung jasa cukur rambut di tempat yang cukup kondang di seantero Kabupaten Bombana ini kini sepi.

Kepada MEDIAKENDARI.com, Tohir, sang pemilik usaha cukur rambut itu menuturkan, sebelum ada wabah corona, pendapatan dari usaha pangkas rambutnya lumayan tinggi.

Dalam sehari dirinya mampu meraup untung bersih mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta rupiah di momen ramai, didukung tiga pekerja yang membantunya menjalankan usahanya itu.

“Bahkan sering sampai Rp 1 juta. Kalau tiga atau dua orang teman yang kerja,” kata Tohir, saat ditemui di tempat usaha cukurnya, Senin 27 Aril 2020.

Usaha cukup rambut Mang Tohir ini memang cukup terkenal di Bombana. Khususnya dikalangan para ASN yang seakan sudah menjadi langganan untuk mencukur rambut di tempat tersebut.

Lokasinya yang strategis, yakni berada di sisi jalan protokol dan akses utama lalu lintas di dalam ibu kota Bombana, membuat usaha cukur Mang Tohir ini juga terbilang sukses menjadi langganan warga.

Tohir menuturkan, sebelum wabah corona menyerang daerah itu, di waktu sore banyak ASN yang datang untuk mencukur rambut. Tidak hanya satu atau dua orang, kadang hingga puluhan.

Diungkapkannya, usahanya mendadak sepi bermula saat tersiar kabar meninggalnya seorang Pasien Dalam Pemantauan (PDP) covid-19 asal Kolaka di RSUD Bahteramas, akhir Maret 2020.

“Itu pas viral sepi sekali disini mas. Sekarang jarang – jarang lagi pegawai datang. Malah tidak ada lagi. Kita buka pagi sampai sore saja mas, karna kalau malem sepi sekali,” ujarnya.

Mang Tohir, yang berasal dari Madura, Jawa Timur ini mengaku tidak menyangka usahanya bakal amsyong dan malah terancam gulung tikar, setelah bertahun-tahun tumpuan hidupnya ini selalu ramai.

Ancaman gulung tikar sendiri menjadi bayang-bayang buruk Mang Tohir yang membuatnya terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya masih harus membayar kontrakan dan kebutuhan hidup lainnya.

“Sekarang untung kalau kita bisa dapat 150 ribu, selelu paling hanya seratus. Alhamdulillah hanya cukup buat makan,” pungkasnya.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version