JAKARTA – Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono mengungkapkan, kendati gerakan #2019GantiPresiden makin populer di tengah masyarakat saat ini, tetapi yang setuju atau mendukung tidak signifikan lagi.
Hal tersebut terungkap dari hasil survei Y-Publica yang dilakukan terhadap 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia pada 13-23 Agustus 2018.
“Masyarakat yang tahu gerakan ini cenderung naik, dari hanya 50,3 persen di bulan Mei 2018 menjadi hampir 70 persen sekarang. Tetapi yang setuju gerakan ini hanya 23,8 persen,” kata Direktur Eksekutif Y-Publika Rudi Hartono, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (3/9/2018).
Dia melanjutkan, pada Mei 2018, jumlah responden yang tidak setuju dengan gerakan ini meningkat dari 67,3 persen menjadi 68,6 persen.
Malahan, kata Rudi, karena gerakan ini masih berlanjut pasca deklarasi capres-cawapres, ada 75,6 persen responden yang menganggapnya bukan lagi ekspresi kebebasan berpendapat.
Rudi mengungkapkan, masyarakat cenderung bersikap kritis dalam menyikapi gerakan #2019GantiPresiden.
“Sebanyak 28,3 persen responden yang tahu gerakan itu menganggap gerakan bermuatan politik. Kemudian ada 25 persen yang menganggapnya kampanye politik sebelum pemilu,” ungkapnya.
Bahkan, ada 13,6 persen responden yang menganggap gerakan #2019GantiPresiden mengarah pada makar. Sebaliknya, hanya 8,4 persen yang menganggapnya gerakan protes.
“Masyarakat bersikap kritis terhadap gerakan ini karena kerap membawa isu-isu sektarian dan terang-terangan ditunggangi oleh elit politik tertentu,” tutup Rudi.(c)