KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sultra menyebut, dibawah komando Gubernur H Ali Mazi, SH, Sultra direncanakan masuk dalam skala prioritas nasional.
Untuk bisa mewujudkan hal itu, Bappeda Sultra memberikan sejumlah gambaran terkait hal-hal yang akan dibangun agar Sultra mampu masuk ke dalam program skala prioritas pemerintah pusat.
“Salah satunya kan sudah ditangkap juga oleh pak gubernur (Ali Mazi) kita membuka skala pelayanan dan bandara kita menjadi bandara yang bertaraf internasional atau bandara yang bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti Boeing yang ada saat ini sehingga perlu adanya perpanjangan landasan. Kalau lebarnya itu kan sudah sesuai standar tinggal landasan kurang lebih 3,5 kilometer. Itu sudah disampaikan oleh pak gubernur pada Kementerian Perhubungan. Cuma saat ini ada pekerjaan rumah untuk kita mengkomunikasikan dengan pemerintah pusat supaya dia menjadi bagian prioritas nasional karena semenjak tidak masuk dalam prioritas nasional kita susah dalam mendapat dukungan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) reguler,” ungkap Kepala Bappeda Sultra, J Robert dalam keterangannya Minggu, 13 Maret 2022.
Baca Juga : Empat Warga Baubau Tewas Terseret Air Bah
Robert mengungkapkan hal lain yang juga akan dibangun adalah memperkuat sektor pertanian Sultra. kata dia, apabila ibu kota negara tumbuh dan berkembang maka aktifitas pemadatan penduduk akan terjadi yang berimbas pada kebutuhan kehidupan sehari-hari di sektor pertanian seperti kebutuhan makan penduduk yang pasti membutuhkan bahan makanan seperti sayur-mayur, ikan, daging sapi dan lain-lainnya. Pihaknya ingin melihat hal itu sebagai sebuah peluang yang dikonsepkan melalui pengembangan sektor pertanian yang rencananya bakal difokuskan di Kabupaten Konawe Selatan.
“Itu sebenarnya suatu konsep pembangunan berkolaborasi dengan yang lain. Jadi kita kembangkan untuk peternakan sapi. Tetapi ada semacam keluaran turunan lagi apakah terkait dengan pengembangan perkebunan lain karena saat ini kita menghasilkan pupuk. Itu bisa digunakan untuk pengembangan komoditas lain. Nah itu kan kita pakai semua yang kita hasilkan untuk menyokong keberadaan ibu kota negara. Tapi itu kan dalam dalam jangka menengah atau dalam jangka panjang kedepan. Nanti kita akan serahkan dalam lima atau 10 tahun yang akan datang. Ini sementara dijalankan,” tuturnya.
Ia menjelaskan Gubernur Ali Mazi juga tengah mempersiapkan Sultra sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan produktivitas yang luar biasa terhadap petani petani sawah yang ada di Kabupaten Konawe yang memang terkenal dengan hasil berasnya yang terbilang melimpah.
Bahkan, lanjut Robert, petani beras di Konawe hasilnya produksi melebihi kapasitas produksi sehinga ada kerja sama antara Bulog dengan pemerintah daerah untuk mengarahkan setiap aparatur sipil negara (ASN) agar mengkonsumsi beras yang dihasilkan oleh petani-petani lokal.
Baca Juga : Johannes Robert Ungkap Empat Prioritas Pembangunan Sultra di Tahun 2023
“Konsepnya seperti itu kalau ibu kota negara baru kan kita melihat jadi dalam konteks regional Sulawesi, kita tidak dalam kapasitas kita bersaing seperti itu. Macam yang satu mengembangkan komoditaa A kemudian kita mau bersaing berlomba-lomba untuk mengembangkan komunitas A. Dalam konteks regional Sulawesi kita mengidentifikasi kebutuhan yang akan datang itu seperti apa, terus kemudian kita sesuaikan dengan potensi kedaerahan yang ada di masing-masing daerah itu untuk menyuplai. Kita satu Sulawesi tidak menggunakan satu komoditas saja. Terus bagaimana kalau over produksi karena akan menjadi masalah kan. Jadi minimal harus ada kesepakatan bersama dalam regional sulawesi. Kita akan melihat bagaimana kita menyokong,” terangnya.
Kendati demikian, Robert mengakui disisi lain pihaknya masih memerlukan penyedia infrastruktur penunjang agar Sultra mampu masuk dalam skala prioritas nasional.
“Kita bicara bagaimana mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan dengan basis. Taruh lah padi dan sawah, tadinya sudah oke. Suratnya, apa segala macam ternyata aksesibilitasnya untuk menuju ke pusat pemasaran seperti jalan tidak kita siapkan. Seperti itu akhirnya dalam kondisi tertentu ada produksi yang disiapkan tetapi tidak bisa dipasarkan karena jalan tidak siap. Jadi memang semua sektor itu harus bergerak harus kita siapkan. Yang saya gambakan tadi kan hanya ilustrasi saja secara sederhana tetapi secara lebih spesifik kan banyak hal yang akan kita intervensi,” pungkasnya. (Adv).
Penulis : Redaksi