Reporter: Rahmat R
Editor: La Ode Adnan Irham
KENDARI – Berbagai universitas yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra), sebelumnya gencar dengan berbagai organisasi ekstra kampus yang punya landasan ideologi bertentangan dengan Pancasila.
Tanpa disadari secara nampak, namun sebagian mendiamkan hal ini, karena dulu sangat didukung birokrasi kampus, banyak doktrin yang membuat mahasiswa yang objeknya kepada mahasiswa baru yang berproses di wilayah kampus.
Menurut Ketua Bidang Kaderisasi PMII Komisariat UHO, Israfil, kebanyakan orang membawa pemahaman mencuci otak yang berkedok pemahaman Islam yang di dalamnya bertentangan dengan pancasila.
“Saya pikir organisasi terlarang yang bertentangan dengan pancasila harus hilangkan,” katanya saat dihubungi via WhatsAppnya, Sabtu (07/12/2010).
Kata dia, soal perekrutan keder di kampus-kampus mulai menemukan jalannya. Sebab ada dukungan pihak kampus.
Baca Juga :
- Dewan Pers dan Seluruh Komunitas Pers Tolak RUU Penyiaran Pengganti UU Nomor 32 Tahun 2002
- Caleg Terpilih Pemilu 2024 Wajib Mundur Jika Tarung Pilkada, Begini Penjelasannya
- Camat Batalaiworu Pastikan Ketertiban Pasar Laino Harus Terus Terjaga
“Sekarang alhamdulillah membaik, pihak dari birokrasi, khusus kampus UHO mengijinkan organisasi sifatnya cipayung untuk masuk di wilayah kampus, untuk senantiasa melakukan rekrutmen melalui kaderisasi, penanaman asas dan ideologi yang jelas, agar mahasiswa tidak terpapar akan pemahaman radikal dan memaknai bahwa Pancasila dan NKRI adalah harga mati,” jelas Israfil.
Menurutnya, hal ini terbukti di UHO Kendari, dimana PMII Komisariat UHO melaksanakan MAPABA AKBAR di asrama Ibnu Sina.
“Hal ini yang membuktikan bahwasanya adanya tanggung jawab besar dalam memerangi paham radikalisme dalam kampus, agar tetap menjadi bagian dari mahasiswa yang paham akan dasar Pancasila dengan ketahuidan Islam ahlussuna wal jama’a yang Hubbul waton minal iman, yang dimana cinta tanah air bagian dari pada iman,” tutup Israfil.