KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Phubbing, mungkin istilah yang asing bagi kita, namun sebenarnya kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Phubbing adalah perilaku seseorang yang asyik dengan gadget ketika berhadapan dengan orang lain atau sedang dalam pertemuan. Akibatnya, pelakunya mengabaikan orang lain di depannya sehingga dikategorikan sebagai sikap anti sosial.
Astri Yunita, Psikolog Klinis di Universitas Haluoleo Kendari menjelaskan, istilah phubbing tercipta dari kata phone, artinya telepon, dan snubbing, yang berarti menghina.
Baca Juga : 114 Sapi Disultra Terkontaminasi PMK, Distanak Fasilitasi Vaksin Hingga ke Pelosok Kabupaten
“Jadi aktivitas phubbing ini dilakukan oleh orang yang kecanduan gadget, baik bermedia sosial atau bermain game, jadi dia tidak menggubris lawan bicaranya, sehingga inilah yang membuat kadang orang tersinggung” kata Astri, saat ditemui, Selasa (21/2)
Nomophobia (No Mobile Phone) dan Phubbing adalah 2 perilaku yang berbeda, namun penyebabnya sama yaitu kecanduan gadget.
“Kalau nomophobia tidak ada gadget itu cemas berlebihan sama dirinya, kalau phubbing cenderung mengabaikan orang-orang disekitarnya, dan lebih memperhatikan hp nya” tuturnya.
Perilaku ini dinilai sangat berbahaya pada anak- anak diusia remaja saat ini, sering kecanduan dengan gadgetnya sampai tidak memerdulikan sekitarnya.
Baca Juga : Tanggapi Isu ‘Childfree’, Kemenag Sultra: Menyalahi Aturan Hukum Islam
“Yang mencirikan phubbing ini karena melepaskan interkasi sosial sesamanya, sehingga ketika dewasa nanti dia akan sulit untuk berinteraksi dengan banyak orang, karena dari kecil dia sudah di berikan gadget terus menerus” ungkap Astri.
Munculnya phubbing ini karena orang-orang beranggapan dapat menghibur diri dengan memainkan gadgetnya, dan berbicara sesamanya, menurutnya adalah hal yang membosankan.
“Juga kontrol diri terhadap gadget juga sangat perlu, kalau tidak dikontrol, pastinya akan terus candu, sehingga sulit diatasi” tegas Astri.
Efek dari perilaku Phubbing juga sangat banyak, seperti kurang peduli, empati yang kurang terbentuk, tidak peka dengan masalah orang lain untuk pelaku phubbing.
Baca Juga : Terima Bantuan Rp 500 Juta Dari Keluarga Nur Alam, Pengelola Masjid Al-Alam Siap Benahi Sarana Rusak
Namun efek yang didpatkan oleh lawan bicara dari pelaku phubbing juga berbeda, mayoritas akan merasa terabaikan, diasingkan, kurang dihargai sehingga parahnya bisa merasa “terhina”.
Solusi dari fenomena ini, dianjurkan sejak dini para orang tua pelaku membatasi penggunaan gadget kepada anak, tidak menyepelekan hal tersebut, karena akan berdampak ketika beranjak dewasa.
“Kalau sudah remaja atau dewasa itu sudah susah untuk dikontrol, malah semakin dilarang akan semakin menolak, makanya sejak dini butuh perhatian orang tua” pungkasnya.
Reporter : Nur Anisah
Facebook : Mediakendari