FEATURED

Pandemi Covid-19 Tidak Surutkan Kegigihan Wajek di Baubau Mengais Rezeki

1606
×

Pandemi Covid-19 Tidak Surutkan Kegigihan Wajek di Baubau Mengais Rezeki

Sebarkan artikel ini
Owner Wajek Kota Baubau, Wa Ode Fitri Hamdani, (Kiri) bersama drivernya.

Penulis : Ardilan

BAUBAU – Kegigihan, itu lah kata yang tepat untuk menggambarkan perjuangan para wanita ojek (Wajek) di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) selama masa pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 berlangsung.

Disaat banyak warga khususnya perempuan merasa khawatir hingga takut untuk keluar rumah selama terjadinya pandemi Covid-19 diseluruh belahan dunia, para Wajek di Bumi eks pusat Kesultanan Buton yang mayoritas beranggotakan wanita-wanita yang telah menyandang status ibu itu tetap semangat mengais rezeki.

Tantangan bagi Wajek Kota Baubau tentu terbilang cukup sulit mengingat pandemi yang sudah mengglobal itu telah meruntuhkan hampir segala sektor. Namun bermodal keinginan kuat untuk bangkit dari pandemi Corona dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat yakni menjaga jarak, memakai masker dan rutin mencuci tangan, para Wajek tak gentar menjalankan rutinitas dalam upaya membangkitkan kembali geliat ekonomi.

“Motivasi lainnya untuk membantu mempermudah masyarakat. Kostumer ini kan tidak mau berdempet-dempetan di pasar,” ucap Owner Wajek Kota Baubau, Wa Ode Fitri Hamdani, Selasa 15 Desember 2020.

Ia bercerita Wajek mulai dirintis sejak April 2020 lalu dengan sistem kerja pembagian hasil 80:20 antara owner dan driver. Fitri menyebut, sejauh ini pihaknya dalam sehari bisa mampu melayani orderan sekira 50 sampai 100 orderan. Hanya saja, semua tergantung drivernya. “Kalau on semua bisa sampai segitu,” ujarnya.

Wa Ode Fitri Hamdani mengakui letak kesulitan pihaknya dalam memberikan pelayanan maksimal apabila para driver Wajek tidak semuanya dalam kondisi online.

“Yang paling sulit itu kalau driver yang on cuma sekitar dua orang. Saya sebagai admin maunya tidak mau orderan ada yang ter-cancel. Tapi tidak mungkin kita mau paksakan driver mengambil semuanya. Sementara kostumer tidak mau menunggu,” terangnya.

Wajek juga, kata Fitri, membuka peluang bagi mitra yang ingin menjalin kerja sama. Namun hal itu tergantung masing-masing mitra itu. “Tidak bisa kita paksakan untuk gabung terus sama kita,” ungkapnya.

Ia mengatakan penghasilan yang diperoleh selama menjalankan usaha Wajek tidak besar. Dalam sehari paling banyak memperoleh Rp 100 ribu. Kadang juga tidak sampai jumlah itu.

“Kalau dari saya karena potongannya tidak besar. Paling banyak Rp 100 ribu per hari. Untuk drivernya, tergantung jam kerjanya. Kalau mulai dari pagi dapatnya juga banyak. Yang kami layani itu mulai dari belanja di pasar, supermarket atau hypermart gitu, ojek, paket dan makanan,” jelasnya.

Khusus kostumer laki-laki, beber Fitri, untuk jasa ojek pihaknya tidak menerima. Akan tetapi kalau pengantaran paket atau makanan dan lainnya Wajek siap melayani.

“Kami melayani pengantaran seluruh wilayah Kota Baubau. Harapan saya wajek bisa berkembang, pelayanan lebih memuaskan lagi. Bagi yang mau gabung, ayo silahkan kita saling membantu sesama. Sebenarnya harus punya surat izin mengemudi (SIM), karena posisinya kita di jalan sehingga kalau ada razia (Aparat) kita tidak perlu takut. Tapi sementara ini ada juga yang lagi proses bikin SIM,” tuturnya.

Sementara itu, salah satu driver Wajek Kota Baubau, Asriani Saiman (28) mengungkapkan dirinya sangat terbantu dengan adanya Wajek di daerah itu. Ia merasa sangat terbantu dari segi ekonomi.

“Saya sudah bisa cicil motor, beli handphone buat anak. Pokoknya bisa bantu suami sangat puas bergabung sebagai Wajek. Pernah sampai Rp 300-350 ribu. Kerja dari jam 07.00 Wita pagi sampai jam 12.00 siang istrahat. Lalu online lagi jam 02.00 siang,” kata Asriani, ibu empat anak itu.

Istri dari buruh bangunan ini bercerita sebelum bergagung sebagai anggota Wajek, ia sudah pernah menggeluti pekerjaan sebagai penjual sayur, ikan. “Memang pekerjaan ini saya rasa nyaman. Bisa dapat kenalan, ketemu orang dan dimana-mana punya teman. Bisa bantu ibu-ibu yang butuh jasa kurir untuk belanja di pasar,” ungkapnya

Asriani menilai dengan bergabung di Wajek, dirinya sudah mempunyai penghasilan sendiri selain yang ia peroleh dari suaminya.

“Alhamdulillah pemasukan ada setiap hari. Bisa lebih maju dan berkembang lagi serta pelayanan di Wajek lebih maksimal. Satu bulan rata-rata bisa mendapat Rp 3-4 juta. Kalau tiap harinya saya bisa dapat Rp 150-200 ribu,” pungkasnya.

You cannot copy content of this page