Penulis : Ardilan
BAUBAU – Seorang warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) Muhammad Kadir (MK) harus merenggang nyawa lantaran terlambat mendapat pelayanan medis. Pria yang tinggal di Jalan Budi Utomo, Kelurahan Wangkanapi itu dinyatakan meninggal dunia di teras Puskesmas Wajo.
Keluarga almarhum, Wa Ode Lina bercerita awalnya Kadir merasa sesak napas sekira pukul 21.45 Wita Minggu malam 04 Oktober 2020. Dirinya bersama keponakannya kemudian membawa Kadir ke Puskesmas Wajo. Saat tiba di Puskesmas Wajo, Kadir tak kunjung mendapat pertolongan oleh tenaga medis.
Menurutnya, tenaga medis perempuan hanya mengarahkan agar membawa pasien ke Rumah Sakit (RS). Almarhum tidak mendapat pertolongan apapun dari pihak medis Puskesmas Wajo sesaat pasien tiba.
“Jangankan dikasih alat bantu, dipegang pun tidak oleh mereka. Ketika kami tiba disana, almarhum tidak di izinkan masuk di ruang perawatan. Kami cuma diminta untuk menunggu di teras samping Puskesmas. Saya bermohon agar segera dilakukan pemeriksaan karena kondisi pasien semakin kritis,” ungkap Wa Ode Lina dikonfirmasi MEDIAKENDARI.Com di rumah korban.
Ia mengaku kondisi Kadir saat itu makin memburuk. Almarhum terbaring lemas dan tidak sadarkan diri setelah kurang lebih 30 menit di pelataran teras Puskesmas Wajo. Tidak ada satu pun dokter maupun perawat yang menangani Kadir hingga korban menghembuskan nafas terakhir sekira pukul 22.30 Wita malam.
“Meski sudah tidak sadarkan diri, almarhum dibiarkan terlantar. Para perawat hanya bilang tidak ada oksigen. Bahkan disuruh ke Palagimata saja. Kami sempat meminta agar di siapkan mobil ambulance, tetapi petugas puskesmas mengatakan tidak ada kunci mobilnya,” ucapnya.
Wa Ode Lina sangat kecewa dan mengecam tindakan yang dilakukan petugas Puskesmas Wajo. Ia menilai pelayanannya sangat buruk bahkan dirasa tidak manusiawi.
Terpisah, Kepala Puskesmas Wajo, Wa Ode Sitti Nurbayani membantah telah menelantarkan pasien. kata dia, pada saat kejadian petugas jaga telah mengarahkan pasien agar langsung menuju RS Palagimata untuk mendapat perawatan intensif.
“Keluhannya sesak napas. Kejadiannya juga begitu cepat. Petugas jaga malam sempat mengarahkan agar langsung ke palagimata dikarenakan alat medis kami sangat terbatas. Yang bertugas pada shift malam juga mayoritas adalah bidan dan pada saat kejadian tengah menangani pasien melahirkan,” ucap Wa Ode Nurbayani dikonfirmasi di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Baubau, Senin 05 Oktober 2020.
Nurbayani berdalih tidak disiapkannya mobil ambulance karena di malam kejadian supir ambulance Puskesmas Wajo sedang tidak berada ditempat.
“Petugas sudah mencoba menghubungi supir ambulance, tetapi karena sudah tengah malam mungkin supirnya sudah beristirahat,” bebernya.
Diakui Nurbayani kejadian tersebut murni kesalahan komunikasi antara keluarga dan Puskesmas. Ia pun berjanji akan terus berupaya meningkatkan pelayanan agar kejadian-kejadian lainnya tidak terulang kembali.
“Kami akan tingkatkan mutu pelayanan. Saya selaku Kepala Puskesmas Wajo mengucapkan turut berbela sungkawa atas wafat almarhum,” ujarnya.
Ditempat sama, Kepala Dinkes Kota Baubau, Wahyu menambahkan bagi pasien yang mengalami gejala sesak nafas seharusnya langsung melakukan pengobatan ke RS. Sebab, di Puskesmas terkendala dengan minimnya fasilitas kesehatan seperti tidak adanya alat fentilator.
“Semua puskesmas apabila ada pasien sesak nafas diarahkan ke rumah sakit. Apalagi dengan situasi wabah Covid-19, khawatirnya itu bagian dari gejala Covid. Kan kita tidak tahu sebelum di swab. Kalau pasien sesak itu di Puskesmas tidak memadai untuk menolong. Karena fentilator itu barang mahal, adanya cuma di rumah sakit kita,” bebernya.
Mantan Plt Kepada Dinas Perhubungan Kota Baubau ini juga membantah jika Puskesmas Wajo tidak menelantarkan pasien.
“Prosesnya cepat sekali. Sementara mereka (Petugas Medis) yang di Puskesmas sedang menangani yang sakit-sakitan di ruang gawat darurat itu,” pungkasnya.