KENDARI – Setiap 21 April adalah hari dimana para wanita tangguh menujukan keberaniannya dalam berkarya untuk kemanjuam bangsa. Tanggal ini juga adalah momentun untuk mengingat perjuangan RA Kartini yang dikenal sebagai wanita yang telah mananamkan prinsip kesetaraan pria dan wanita itu sama.
Jiwa Kartini ini juga dimiliki oleh salah satu Anggota DPR RI Dapil Sulawesi Tenggara (Sultra) yakni Tina Nur alam yang tidak lain adalah istri mantan Gubernur Sultra dua periode Nur Alam.
Dia (Tina) menjadi anggota DPR RI Komisi IX sejak 2014 silam usai mendapatkan suara terbanyak untuk Dapil Sultra dengan menggunakan pintu Partai Amanat Nasional (PAN).
Saat diwawancarai khusus oleh awak Mediakendari.com beberapa waktu lalu di Jakarta, Tina Nur Alam mengaku bangga menjadi penyambung aspirasi masyarakat Sultra di pusat.
Sebab, dari perwakilan asal Sultra sebagai anggota DPR RI hanya dirinya dari perwakilan perempuan.
Namun bagi ibu tiga orang anak ini, menjadi legislator pusat itu bukanlah perkara yang gampang, sebab banyak hal yang harus dikorbankan demi menyampaikan aspirasi masyarakat Bumi Anoa di hadapan pimpinan DPR RI.
“Aktivitas di DPR itu sangat padat sekali, kadang rapat juga mendadak dan kadang rapatnya sampe malam, sehingga kalau ada anak atau keluarga yang sakit tidak bisa dampingi,” ucap Tina di Jakarta beberap waktu lalu.
Lanjutnya, apalagi anak-anaknya Radan dan Enozha masih remaja, sehingga masih membutuhkan perhatian ekstra dari sang orang tua.
“Kadang ingin bersama saya dan bapaknya tapi kadang tidak ada waktu inilah salah satu duka yang saya rasakan sangat menjadi anggota dewan,” katanya.
Hal lainnya, Tina juga merasa senang apabila dirinya terjung langsung menyerap aspirasi masyarakat Sultra di 17 kabupaten/kota.
“Senangnya itu pasti ada juga, apalagi terjun langsung ke Sultra untuk menyerap aspirasi untuk diterskan di pusat,” bebernya.
Sebagai anggota DPR RI, Tina mengaku ada sebagian mimpinya yang belum terwujud. Itu adalah tenunan Sultra yang belum maksimal pemasarannya.
“Agar harkat martabat tenun bisa mendunia ini yang belum bisa wujudkan. Dulu saya waktu menjadi Ketua Penggerak PKK dan Ketua Deskranas Sultra Alhamndulillah berhasil menjadikan tenun Sultra sebagai Ikon,” ujarnya.
“Hari ini terbukti kita rata-rata pakai tenun, tapi saya merasa masih belum sepenuhnya mewujudkan tenun untuk masuk pasar nasional ataupun internatonal, saya merasa ini adalah mimpi saya yang belum terwujud,” sambung Nenek dari satu cucu ini.
Tina Nur Alam ini adalah tulang punggung bagi keluarganya. Ia juga selalu meminta dukungan dari keluarga dan para kerabat agar dirinya bisa menjadi orang tua yang bisa mencari nafkah untuk anak-anaknya walaupun harus berjuang sendiri.
“Setelah suami menjalani proses hukum, saya menjadi tulang punggu bagi keluarga. Ini yang kadang membuat saya merasa berat, tetapi saya harus bangkit demi anak-anaknya saya,” urainya dengan nada sedih.
“Meskipun saya berjuang sendiri, semua kalangan selalu memberikan saya support untuk bangkit,” tutur Tina.
Tina juga berharap agar pada Pileg 2019 mendatang masih mendapatkan kepercayaan masyarakat Sultra.
Disi lain, Tina menilai seorang Kartini masa kini adalah pejuang wanita yang mampu bangkit dalam kerasnya arus kompetisi di masa depan.
Ia melanjutkan, Kartini tidak harus memakai kebaya atau konde saja, tetapi perempuan yang mampu menjadi dirinya pada bidang kemapuan yang dia miliki.
“Kartini zaman now itu harus memginspirasi dirinya sebagai perempuan, bisa maju di semua bidang sesuai dengan kemampuannya dan menyalurkan bakatnya,” sebut wanita yang bernama Asli Aswati Hasan ini.
“Semangat Kartini,” tutup Tina.