KONSEL – Bank Indonesia berhasil melakukan pembinaan terhadap masyarakat Desa Aunupe, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) sebagai pengembang holtikultura dengan konsep total organik. Bank Indonesia melakukan pembinaan selama tiga tahun, sejak 2015 hingga 2018.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kelapa Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara, Minot Purwahono di Desa Aunupe, Rabu (05/09/2018).
“Tahapan pengembangan holtikultura dilakukan rata-rata tiga tahun. Kami menganggapnya tiga tahun itu, kelompok atau masyarakat binaan sudah bisa mandiri dan sudah sangat sesuai dengan yang direncanakan. Namun, kami tetap mendampingi terkait pemasarannya,” ujarnya.
Kehadiran BI sejak 2015 dapat membawa banyak perubahan baik infrastruktur maupun SDM. BI membantu rumah kompos yang bisa mengolah pupuk organik sebanyak 3 ton.
Di bidang pemberdayaan SDM, BI juga banyak melakukan pelatihan kepada masyarakat. Berkat pelatihan tersebut, Aunupe sudah bisa buat pupuk organik yang sudah didistribusikan ke Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Dia menuturkan, Desa Aunupe berpotensi untuk jadi desa agrowisata. Kedepan, pihaknya juga bakal mendorong adanya sertifikasi organik.
“Saat ini desa Aunupe masih terus berupaya untuk memasarkan tanaman organik. Dan kami akan membantu pemasarannya dengan bersinergi instansi terkait,” ucapnya.
Katanya, visi dan misi desa Aunupe menjadi terang mendorong BI untuk memilih dan berkomitmen mengembangkan sektor pertanian organik. Ada beberapa hal yang sudah dilakukan yakni penguatan kelembagaan, pelatihan produksi, pemasaran dan termasuk pencatatan keuangan
“Pelatihan yang BI lakukan terfokus pada integrasi pertanian organik yang konsepnya zero waste. Pupuk dari hasil ternak, dan pakan ternak sari limbah perkebunan. Seluruh bahan ada disekitar kita,” paparnya.
Dia menambahkan, pelatihan pemasaran dilakukan karena sayur adalah kebutuhan yang sangat mendasar dan dibutuhkan seluruh masyarakat. Sayur sering menjadi sumber inflasi karenanya produksi perlu didorong dan dibenahi pemasaran agar petani bisa merasakan dampak positifnya.
“Kemitraan dengn kota Kendari dapat dijajaki karena Kendari bukan sentra produksi sayur-sayuran. Kemitraan dapat dilakukan antara TPID Kota Kendari dengan TPID Kabupaten Konawe Selatan. Rantai distribusi sayur yang lebih pendek dapat membuat harga sayur lebih stabil,” cetusnya.
Namun, lanjut Minot, syarat wajib dari seluruh kemitraan tersebut adalah konsistensi kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang disepakati. Untuk kuantitas yang stabil dibutuhkan perencaanaan yang baik.
“Inovasi desa Aunupe sangat baik, contohnya sudah ada pengembangan varian pepaya california, bisa mengembangkan pupuk cair dari urin ternak. Ke depan BI akan medorong tahap-tahap pengembangan yaitu sisi pemasaran yang fokusnya bukan hanya di wilayah Sultra namun regional dengan menggunakan teknologi informasi yang modern,” tutupnya.