FEATUREDWAKATOBI

Bupati Wakatobi Melangsungkan Ritual Karia

471
×

Bupati Wakatobi Melangsungkan Ritual Karia

Sebarkan artikel ini

WAKATOBI, MEDIAKENDARI.COM – Tradisi budaya ritual Karia di Lapangan Desa Sandi, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, Minggu (17/9/2017), Bupati Wakatobi, Arhawi Ruda melangsungkan ritual Karia untuk peserta Henauka Wowine.

Tradisi ini diwariskan untuk mengenang masa peradaban raja Wakaka, pada masa itu sebagai bentuk rasa menghormati kaum perempuan, dengan mengabadikan tradisi Karia dengan makna kemeriahan.

Bupati Arhawi, melangsungkan ritual Karia bagi peserta anak perempuan yang diolesi buah kunyit di kakinya dan didoakan untuk keselamatan masa hidupnya, tradisi bagi perempuan ini, terlaksana ketika mereka beranjak dari remaja ke masa dewasa.

[Baca juga : Pemkab Wakatobi Meriahkan Festival Barata Kahedupa]

Kesakralan tradisi Karia menjadi sambutan meriah di Festival Barata Kaledupa 2017, Kabupaten Wakatobi, yang terlaksana sejak 16 hingga 18 September 2017, peserta Karia tahun ini sebanyak 812 orang dari 10 desa di Kecamatan Kaledupa Selatan, kata Arhawi, saat membawakan sambutanya.

Tradisi Karia perlu dijaga kekhasannya, sebab nilai-nilai budaya sangat tinggi maknanya, semoga budaya yang luhur ini terus berjalan sesuai dengan marwahnya, pungkasnya.

Seorang tokoh adat, La Ode Husaeni, mengatakan, sebelumnya dilakukan pingitan selama 8 hinga 40 hari, setelah itu dipikul atau ditandu dari rumah berjalan menuju Lapangan Desa Sandi.

Dan dirangkaikan dengan prosesi pasali atau memberikan imbalan dalam bentuk uang yang sudah disediakan oleh para peserta Karia Henauka Wowine, pasali ini diberikan kepada petinggi atau pemimpin sesuai gelar dan jabatannya.

“Usai itu, dilanjutkan dengan ritual baca doa yang di lakukan oleh Miantuu, tokoh adat dan tokoh masyarakat dimasing-masing peserta Henauka Wowine,” jelas Husaeni.

Sementara itu ketua panitia Henauka Wowine, Hamadi, menambahkan, prosesi karia membutuhkan orang tertentu untuk menanganinya.

“Salah satunya menyediakan air mandi sebagai salah satu syarat karia dan setelah dimandikan, para gadis tidak diperbolehkan menginjak tanah sedikitpun, setelah diolesi buah kunyit dikakinya, meraka sudah bisa menginjakan kakinya ketanah,” terangnya.

Laporan: La Ode

You cannot copy content of this page