KONAWE SELATAN

DKP Konsel Garap Industri Budidaya Lobster Gerbang Pesisir

579
×

DKP Konsel Garap Industri Budidaya Lobster Gerbang Pesisir

Sebarkan artikel ini
Ketgam: Sekretaris DKP Konsel, Musran STP.,M.Si bersama nelayan saat melakukan penangkapan benih bening baby lobster, Jumat, 26 Juni 2020. (Foto : Erlin/MediaKendari.com)

Reporter:Erlin

Editor Indah

ANDOOLO – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), tengah menyiapkan strategi untuk mendorong industri budi daya lobster di Kecamatan Moramo, agar menjadi lumbung bibit lobster Nasional. Itu diungkapkan Sekretaris DKP Konsel, Musran,  di Rujab Bupati Konsel, Jumat, 26 Mei 2020.

Musran mengatakan, langkah itu merujuk dari proyek perubahan yang dinamai  Gerbang Pesisir (Gerakan membangung pesisir melalui Budidaya Lobster), saat mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat II (Dua), Angkatan IV Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) tahun 2020.

“Saya selaku peserta, mengangkat masalah ini sebagai proyek perubahan untuk menggagas, usulan peninjauan dan revisi Permen KP No. 56 tahun 2016. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan pada nelayan, agar memanfaatkan potensi komoditi unggulan masyarakat pesisir, khususnya lobster untuk kesejahteraan masyarakat konsel,” katanya.

Menurut Musran, apa yang ia lakukan, juga merupakan keinginan masyarakat untuk bisa membudidayakan benih lobster. Lebih dari itu, budidaya dianggap strategis dan memberikan peran ganda, untuk kepentingan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya benih menjadi nilai ekonomi. Budidaya, kata dia, juga berdampak positif bagi lingkungan yakni menjadikan lobster sebagai produk khas unggulan daerah, menaikan derajat ekonomi  masyarakat pesisir, meningkatkan kemandiriaan dan kesejahteraan masyarakat pesisir serta membantu ekonomi nasional serta. . Dengan begitu, dapat memperluas lapangan kerja bagi masyarakat pesisir.

“Kata kunci pemanfaatan nilai ekonomi dan perlindungan kelestarian sumber daya benih lobster sebenarnya, ya budi daya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak mendorong industri budi daya lobster nasional ke depannya,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut dia, ada dua kendala teknis dalam pelaksanaan proyek perubahan ini. Yang pertama tidak maksimal dan efektif dalam pelaksanaan proyek perubahan, karena tidak bisa mengumpulkan orang akibat pandemi covid-19. Makanya, dia harus door to door untuk berkomunikasi langsung oleh stake holder eksternal maupun nelayan dan pembudi daya. Kedua, untuk pertemuan dengan metode daring juga tidak dapat dilakukan karena jaringan tidak mendukung.

Musran menargetkan setelah pandemi covid-19 usai, tantangan itu bisa dibenahi dengan melibatkan kerja sama antar stake holder. Ia akan mendorong kebijakan industri budi daya lobster di Konsel, menjadi agenda prioritas nasional, bukan hanya sektoral dalam hal ini DKP saja.

“Dengan melakukan Komunikasi secara intensif ke stake holder, agar tercipta kesamaan presepsi, sehingga mendukung proyek perubahan ini. Selain itu memberi pemahaman pada nelayan untuk tidak melakukan pemanfaatan sumber daya laut secara ilegal,” jelasnya.

Dia melanjutkan, dalam pelaksanaan proyek perubahan gerbang pesisir dilakukan uji coba pengelolaan secara lestari dan ramah lingkungan. Uji coba Pertama, budidaya lobster dengan metode karamba tancap dan karamba jaring apung yang dipisahkan berdasarkan ukuran bibit untuk mengurangi risiko kematian. Uji coba kedua, penangkapan Benih bening lobster (Baby lobster) dengan menggunakan limbah kulit semen yang digunting dengan ukuran 30 cm x 30 cm, yang dilipat berbentuk kipas dan diikatkan tali untuk dibentang ke dalam air laut seperti bentangan rumput laut.

Strategi selanjutnya, untuk menyelesaikan beberapa tantangan seperti pakan, Musran berencana memetakan spot ketersediaan sumber pakan segar. Upaya yang akan dilakukan, yaitu dengan membangun sentra budi daya kekerangan di sekitar kawasan budi daya lobster untuk suplai kebutuhan pakan segar. Di samping itu, mendorong UPT untuk melakukan rekayasa formula pakan buatan yang efisien.

Tantangan lainnya, yakni penataan di bagian hilir yakni tata niaga pasar sebagai upaya meningkatkan nilai tambah bagi pembudi daya. Sebab seperti diketahui, produk lobster ukuran konsumsi asal Vietnam, memiliki harga jual yang tinggi dan terpaut jauh dengan Indonesia. Menurut Musran, itu yang perlu dibenahi terutama memperbaiki performa produk hasil budi daya dan mengefisiensikan rantai distribusi pasarnya.

“Untuk memperpendek perputaran ekonomi dan pelibatan tenaga kerja dalam jumlah banyak, DKP Konsel akan menerapkan manajemen produksi dengan pola segmentasi. Nanti dalam hal proses produksi budi daya akan kita atur proses bisnisnya dengan pola segmentasi,” tandasnya.

You cannot copy content of this page