Reporter : Taswin Tahang
Editor : Kang Upi
KENDARI – Hari sudah menjelang siang, Minggu (15/12/2019), saat rombongan anggota Komunitas Te’Jalan-Jalan tiba di Desa Lelekaa, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel).
Hari ini, komunitas yang beranggotakan puluhan pegiat wisata ini bakal mengeksplorasi gua tengkorak yang ada di Desa Lelekaa.
Untuk mencapai goa tersebut, dibutuhkan waktu perjalanan sekitar kurang lebih satu jam dari Kota Kendari ke Desa Lelekaa.
Setibanya di desa, perjalanan dilanjutkan melewati perkebunan dan hutan dengan kontur mendaki untuk menuju gua tengkorak. Perjalanan yang memakan waktu 45 menit ini mengunakan kendaraan roda dua.
Selepas berkendara, petualangan hari ini dilanjutkan dengan berjalan kaki masuk ke dalam kawasan hutan menuju perbukitan, dengan bebatuan terlihat menjulang di depan.
Rumput ilalang, kicauan burung, dan suara serangga menjadi penghibur sepanjang perjalanan menembus vegetasi pepohonan yang masih asri, untuk mendekati mulut gua.
Untuk perjalanan ini rombongan Komunitas Te’Jalan-Jalan dipandu Irsan, anggota komunitas yang juga merupakan warga Desa Lelekaa.
Irsan menjelaskan, adanya tulang belulang tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat terdahulu yang menguburkan mayat dengan cara memasukkannya ke peti dan dibawa ke gua untuk disimpan.
“Tengkorak tersebut berasal dari mayat manusia yang disimpan pada gua,” Jelasnya Irsan kepada awak MEDIAKENDARI.com, yang turut dalam perjalanan.
Memasuki gua, terlihat tengkorak manusia tersebar diseluruh sisi kanan kiri gua yang saling bertumpukan secara terpisah. Kebanyakan, tengkorak ini tidak utuh lagi untuk membentuk satu organ tubuh manusia.
Tulang belulang yang tersisa pada gua terlihat hanya tulang rahang, selangkangan, bagian kaki, serta tulang bagian tangan.
Baca Juga :
- BNNK Muna Tangani 13 Kasus dari 6 Target Penyalahgunaan Narkoba di 2024
- Lantik Pj Wali Kota Kendari dan Pj Bupati Muna Barat, Andap Budhi Revianto: Kerja Disiplin dan Utamakan Kepentingan Masyarakat
- Dinas Pariwisata Sultra Terbaik Soal Keterbukaan Informasi Publik
“Dulu tulang belulang itu lengkap, tetapi sekarang sudah tidak lagi karena biasanya tulang itu diambil dan dihambur sama monyet. Dan saya biasa yang merapikannya kembali,” ungkapnya.
Irsan juga menjelaskan, masyarakat setempat percaya bahwa daerah tersebut memiliki nilai mistis. Ia juga menyebut beberapa pengunjung hendak berkemah sering diusik oleh penunggu gua tersebut.
Usikan itu juga dirasakan salah seorang anggota Komunitas Te’Jalan-Jalan, Ibnu Sina Alihakim, yang tiba-tiba mendadak mengeluh sakit sebelum sampai ke gua.
Kasak kusuk diantara anggota komunitas, Ipnu Sina ditegur penunggu gua tersebut, karena mengeluarkan omongan yang tidak pantas saat menuju gua.
“Ulu Hati ku seperti ditusuk tusuk,” jelas Ibnu Sina Alihakim yang terbaring sambil menahan rasa sakit.
Dengan adanya kejadian yang tidak diduga tersebut, Komunitas Te’jalan-jalan memilih mengakhiri petualangan di gua tengkorak dan kembali ke desa.