HUKUM & KRIMINALKENDARIMETRO KOTAPOLISI

Ngaku Polisi, 6 OTK Culik dan Keroyok Warga Kendari: Jejak Kekerasan Mengarah ke Arena Biliar Prawira

116
×

Ngaku Polisi, 6 OTK Culik dan Keroyok Warga Kendari: Jejak Kekerasan Mengarah ke Arena Biliar Prawira

Sebarkan artikel ini
Ading mengalami bengkak pada tangan kanan, luka di bagian kepala kanan, serta lebam parah di mata kanan.

MEDIAKENDARI.com, KENDARI – Kasus dugaan penculikan dan pengeroyokan terhadap Ading Wijaya memasuki babak baru. Enam orang tak dikenal (OTK) yang mengaku sebagai polisi menjemput paksa Ading pada Minggu (16/11/2025) pagi, sebelum membawanya ke sebuah arena biliar yang diduga berhubungan dengan pejabat Polresta Kendari.

Peristiwa itu bermula saat Ading mendapati kekasihnya, Indri, pulang dalam kondisi mabuk bersama seorang pria yang diduga selingkuhannya pada pukul 04.00 Wita. Terpancing emosi, Ading menganiaya Indri di depan kamar kosnya di Jalan Supu Yusuf, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga.

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 10.00 Wita, enam OTK datang menggunakan mobil dan langsung menjemput Ading secara paksa. Mereka mengaku polisi, namun tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan maupun identitas.

Pihak keluarga yang melihat penjemputan itu pun tidak berani menghalangi karena mengira proses hukum sedang dijalankan. Namun dugaan keluarga itu keliru.

Alih-alih ke kantor polisi, Ading dibawa ke Biliar Prawira, tempat yang disebut-sebut berkaitan dengan Kanit Tipidter Reskrim Polresta Kendari, IPDA Ariel Mogens Ginting. Di lantai dua ruang VIP biliar tersebut, Ading dikeroyok sekitar 10 orang selama kurang lebih tiga jam, mulai pukul 10.00 hingga 13.00 Wita.

“Dikeroyok di ruang VIP lantai 2 selama tiga jam. Nanti dibawa ke Polresta Kendari jam 1 siang dalam kondisi penuh luka memar,” jelas Ferdiansyah, keluarga korban.

Menurutnya, Ading mengalami bengkak pada tangan kanan, luka di bagian kepala kanan, serta lebam parah di mata kanan. Kecurigaan keluarga semakin menguat setelah Ferdiansyah mencari keberadaan Ading yang tak kunjung memberi kabar. Indri selaku kekasih mengaku Ading sudah berada di Polresta Kendari, sehingga Ferdiansyah bergegas ke sana.

Di Polresta, Ading awalnya menyembunyikan apa yang dialaminya. Namun setelah didesak karena terlihat penuh luka, ia akhirnya mengungkap kejadian yang sebenarnya.

Ferdiansyah kemudian menemui IPDA Ariel Mogens Ginting, yang menurutnya mengetahui detik-detik penculikan tersebut dan bahkan memperlihatkan video penjemputan.

“Pak Ariel bilang mau mediasi dan meminta agar tidak melapor balik. Dia janji bantu komunikasi. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar apa pun,” ujarnya.

Dalam percakapan WhatsApp yang ditunjukkan Ferdiansyah, IPDA Ariel bahkan sempat menawarkan penangguhan penahanan Indri apabila perkara dilanjutkan oleh pihak keluarga.

Meski laporan telah masuk, perkembangan penyidikan dinilai sangat lambat. Enam belas hari berlalu, Indri pihak yang diduga terlibat dalam peristiwa penjemputan belum juga diperiksa. Rekaman CCTV Biliar Prawira juga belum disita penyidik, dengan alasan pemilik tempat tidak mengizinkan.

“Sudah lebih dari 10 kali kami bolak-balik ke Polresta Kendari. Tapi jawabannya selalu sama: Indri sibuk kerja, CCTV belum bisa diambil,” keluh Ferdiansyah.

Kondisi itu membuat keluarga akhirnya melapor ke Wassidik Polda Sultra karena menilai ada kejanggalan dan ketidakseriusan dalam penanganan kasus.

IPDA Ariel Mogens Ginting membantah bahwa dirinya adalah pemilik Biliar Prawira, dan mengaku hanya sebagai “inisiator”. Namun, dalam percakapan WhatsApp, ia sempat menulis bahwa dirinya adalah pemilik usaha dan bisa memecat karyawan, termasuk Indri, apabila terlibat.

“Kalau mau tanya status perkara, itu ranah pidum. Kalau ada TKP di Prawira Biliar, tanyakan ke direktur,” kata Ariel saat dikonfirmasi wartawan.

Kasatreskrim Polresta Kendari, AKP Welliwanto Malau, mengatakan pihaknya akan menuntaskan kasus penculikan dan pengeroyokan ini. Ia menyebut lambatnya penanganan karena banyak laporan masyarakat yang sedang ditangani bersamaan dengan pengamanan aksi unjuk rasa.

“Akan diproses tuntas. Memang banyak laporan yang kami tangani,” ujarnya.

Hingga kini, keluarga korban berharap aparat bekerja profesional dan transparan, sebab jejak kekerasan yang dialami Ading diyakini mengarah kuat pada lokasi Biliar Prawira dan pihak-pihak yang berkaitan di dalamnya.

You cannot copy content of this page