KENDARI – Sekretaris Rajiun Centre, La Ode Agus Salim menyebut jika ada orang yang berada dari Muna Barat (Mubar) berkunjung ke Muna disebut sebagai Turis dadakan.
Padahal kata dia, antara Mubar dan Muna hanyalah daerah yang terpisah secara adimistrasi saja. Masyarakat Mubar dan Muna sama-sama “Mieno Wuna” (Orang Muna).
“Muna dan Mubar merupakan daerah yang hanya terpisah secara administrasi sebagai daerah otonom. Kalaupun masyarakat yang dari Muna Barat udah diangap turis kalau ke Muna berarti di Muna Barat bukan lagi Mieno Wuna dong,” Kicau mantan Ketua KPU FISIP UHO ini saat ditemui di Kendari, Sabtu (07/04/2018).
Lanjutnya, perlu diketahui bahwa Muna dan Mubar merupakan satu kultur yang tidak bisa dipisahkan dan adat istiadat masih sama.
“Kalau sudah beranggapan ada perbedaan antara Muna dan Mubar, kemungkinan yang dijadikan sampel bahwa di Muna Barat banyak bikin kegiatan yang unik dan diangap hal yang baru dimata masyakat Muna. Kalau ada yang berkunjung atau acara besar di Mubar selalunya mempertunjukan penampilan tari Ogoh-ogoh, tari Kuda Lumping, tari Dipenorogo, Modero dan yang lain-lainnya,” jelas Agus.
BACA JUGA: Rajiun: Tony Sebut Saya Gabung di Nasdem itu ‘Bisa Jadi’
“Apaka ini sudah bisa dikatakan ada perbedan antara kedua daerah ini tentunya tidak, karena Mubar adalah daerah yang telah mekar dari Muna, cuman Bupati Mubar LM Rajiun Tumada yang telah menghargai segala keragaman itu,” sambungnya.
Agus menegaskan, jika kita hidup di Indonesia yang memiliki banyak keragaman suku seperti Suku Bugis, Jawa, Bali, Bajo, Tolaki, Buton, Ereke, Muna.
Ia menilai kehadiran Rajiun Tumada dalam beberapa agenda ke Muna ada yang salah tafsirkan dan selalu dikaitkan dengan masalah pemilihan Bupati Muna pada tahun 2020 mendatang.
“Soal penyebutan turis dari Mubar ke Muna ini jangan-jangan hanya persoalan kedatangan Pak Rajiun ditiap undangan di pesta, kegitan sosial, undangan kegiatan yang memberikan spirit, mental, kecerdasan, olahraga dan undangan organisasi kemasyarakat di Muna,” urai mantan Anggota DPM FISIP UHO ini.
“Sehinga muncul respon saradiki dari politisi-politis di Muna, maksudnya respon saradiki itu kalau orang hanya sekedar lewat dan singgah saja uda kaget langsung pasang kuda-kuda seolah sudah mau ajak perlawanan. Pastinya yang lewat dan singgah itu tertawa lucu,” terangnya.
Agus juga menyebutkan, jika Rajiun ingin bertarung di Pilkada Muna pada tahun 2020 itu dinilai wajar dan sah secara Undang Undang.
“Kalaupun ada yang menangapi pernyataan Bupati Mubar bahwa mau bertarung pada Pilkada Muna mendatang, Saya kira itu sah secara UUD dan jika masyarakat Muna mengiinginkanya beliau tampil kenapa tidak,” tandas mantan Ketua Asoka Kendari ini.