Kabar Militer – 14 Februari 2018, dikabarkan Rusia telah mengerahkan sekitar 2.000 tentara ke gugus kepulauan Kuril yang disengketakan dengan Jepang, sebuah langkah yang semakin meningkatkan tensi tinggi antara kedua negara serta berpotensi mengarah ke konflik terbuka, atau dalam skenario ekstrem, Perang Dunia III.
Pengerahan pasukan itu dilakukan oleh Rusia dalam rangka latihan militer, yang tampaknya digelar di Kepulauan Kuril Selatan. Demikian seperti dikutip dari media konservatif Inggris, Daily Express (19/2/2018).
Dua lokasi itu juga dikabarkan menjadi rumah bagi instalasi militer Rusia yang baru dibangun beberapa tahun belakangan demi menegaskan cengkeraman pencaplokan Moskow terhadap kawasan pulau yang disengketakan dengan Jepang sejak penghujung Perang Dunia II.
Gugus Kepulauan Kuril dicaplok oleh Uni Soviet pada pengujung Perang Dunia Kedua. Usai itu, persengketaan antara Jepang dan Soviet (kemudian Rusia) terhadap kepulauan tersebut tak pernah terselesaikan. Bahkan, keduanya belum menandatangani pakta atau kesepakatan damai demi menyudahi sengketa gugus kepulauan tersebut.
Meningkatnya kehadiran dan aktivitas militer Rusia di kawasan tersebut dalam beberapa waktu terakhir, dinilai oleh pakar akan semakin menebalkan perselisihan Jepang – Rusia dalam hal sengketa Kepulauan Kuril. Dan hal itu diprediksi akan meningkatkan risiko terganggunya rencana kerja sama ekonomi, investasi, hingga militer kedua negara yang tengah berusaha untuk mengimbangi pertumbuhan China di kawasan.
Fyodor Lukyanov, Presidium Russian International Affairs Council firma think-tank terafiliasi pemerintah mengatakan bahwa langkah Rusia dilakukan untuk ‘meredam sejumlah harapan dialog antara kedua negara (Jepang – Rusia) seputar isu tersebut (Kuril)’.
Alasan lain yang dikemukakan Lukyanov terkait langkah Rusia di Kuril adalah karena ia menilai Jepang ‘tak memiliki ide realistis dalam mengejawantahkan rentang waktu atas (penyelesaian) isu ini’.
Kabar ini muncul beberapa hari usai Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev dikabarkan mengizinkan proyek penguatan instalasi militer Negeri Beruang Merah di Kepulauan Kuril dengan mengirim sejumlah alutsista aviasi tempur sebuah langkah yang telah lama dikecam oleh Jepang.
Pesawat itu nantinya akan bermarkas di dan memanfaatkan landasan udara sipil peninggalan Uni Soviet pada masa Perang Dunia II di Pulau Iturup atau Pulau Etorofu menurut penamaan Jepang. Pulau itu terletak di lepas pantai timur laut Hokkaido.
Meski begitu, tak jelas apakah pengerahan pesawat itu akan bersifat permanen.
Terlepas dari hal itu, surat kabar Rusia Kommersant yang mengutip sumber militer anonim menulis bahwa langkah tersebut akan ‘memberikan lebih banyak opsi strategis militer Rusia di kawasan’.
Kedutaan Besar Jepang di Moskow mengatakan bahwa tindakan Rusia tersebut bertentangan dengan jalin negosiasi persengketaan yang selama ini telah dibangun oleh kedua negara sejak beberapa tahun terakhir.
“Kami yakin langkah itu justru akan semakin menegaskan kehadiran dan aktivitas militer Rusia di kawasan pulau tersebut dan bertentangan dengan posisi Jepang selama ini. Kami membutuhkan solusi dan penyelesaian mendasar untuk mengatasi masalah teritorial itu,” kata pihak Kedutaan Jepang di Moskow.
Di sisi lain, meningkatnya militerisasi Rusia di Kuril beberapa waktu terakhir dipandang sebagai bentuk respons atas langkah Jepang yang menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat terkait penambahan dan ekspansi pemasangan sistem pertahanan udara AS di sejumlah lokasi di Negeri Sakura — yang telah dilakukan sepanjang tahun 2017 lalu.
Pemasangan sistem pertahanan udara itu, menurut argumentasi AS, dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas Jepang dalam mengantisipasi ancaman rudal Korea Utara. Kendati demikian, Moskow mengkritik langkah itu, dan memandang bahwa sistem pertahanan udara tersebut turut berpotensi memberikan ancaman tersendiri bagi kawasan timur jauh Rusia (Russia Far-East) yang dekat dengan perbatasan Jepang.
Sumber : Liputan 6