BUDAYAHEADLINE NEWSKendariMETRO KOTASENI

Tarian Lumense Sambut Tim Penilai dalam Festival Kuliner HUT Sultra ke-55

659
×

Tarian Lumense Sambut Tim Penilai dalam Festival Kuliner HUT Sultra ke-55

Sebarkan artikel ini
Para ibu PKK Kabupaten Bombana memakai baju tari. (Foto : Safrudin Darma/Mediakendari.com/B)

Reporter : Safrudin Darma

Editor : Taya

KENDARI – Dalam menyambut tim penilai pada festival kuliner yang digelar saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Sulawesi Tenggara (Sultra) ke-55 di Eks Kendari, Sulawesi Tenggara, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Bombana menampilkan Tari Lumense, Sabtu (27/4/2019).

Anggota Pokja Tiga TP-PKK Bombana, Nurhayati menjelaskan, pihaknya menampilkan tari tersebut sebagai bentuk sambutan mereka kepada tim penilai.

“Tarian ini sangat tepat, sebab ketika tim penilaian datang di stand Bombana langsung disambut dengan Tari Lumense,” katanya kepada mediakendari.com.

Untuk diketahui, Tari Lumense atau Tarian Lumense adalah tarian yang berasal dari Tokotu’a, Kabupaten Bombana. Kata lumense sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yakni “lumee” yang berarti Mengais dan e’ense yang berarti Loncat.

Jadi, lumense bisa diartikan mengais dengan meloncat-loncat. Tari lumense berasal dari kecamatan Kabaena. Suku Moronene merupakan penduduk asli dari wilayah ini. Nenek moyang suku ini adalah bangsa melayu tua yang datang dari hindia belakang pada zaman pra sejarah. Secara geografis, Kecamatan Kabaena merupakan pulau terbesar setelah buton dan Muna di Sulawesi tenggara.

Menurut Nurhayati, pihaknya terus mendorong perkembangan budaya, khususnya budaya maayarakat Kabaena dengan mengadakan festival Tangkeno.

“Arti dari Tangkeno ialah Negeri di Awan, hawanya sangat sejuk,”jelasnya. (B)

Respon (1)

  1. Lumense merupakan penggabungan dua suku kata yang terdiri dari Lumaa (terbang) dan E’ense (Menghentak-hentakkan kaki di tempat berpijak) diikuti dengan gerak meliuk dan tatapan mata tajam untuk menciptakan rasa takut kepada lawan dengan iringan gendang bissa yang ditabuh oleh seseorang.
    Sebelumnya, gerakan tersebut dinamakan LELENSE karena gerakan yang dibuatnya seperti orang kerasukan dalam mana ketika raga dimasuki roh halus, badannya gemetaran dan dalam seketika ia terbang kemudian perlahan turun dan menginjakkan kaki serta menghentak-hentakkannya ke bumi. Peristiwa inilah yang disebut WOWOLIA.
    Disebutlah ia LUMENSE setelah adanya pemolaan dan pengombinasian gerakan serampang 12 dengan langkah yang teratur dengan istilah hentakkan 1, 2, 3.

    Dari berbagai sumber….

Komentar ditutup.

You cannot copy content of this page