KONUT, MEDIAKENDARI.com – Proses perekrutan tenaga kerja di PT. Putra Perkasa Abadi (PPA) dan anak perusahaannya PT. AMM (IUP PT. KES) di Kecamatan Langgikima kembali menuai sorotan tajam.
Sejumlah warga menilai perusahaan tambang tersebut tidak memberikan ruang yang memadai bagi tenaga kerja lokal. Dari sekitar 110 pelamar yang diterima dalam dua gelombang perekrutan, hanya sekitar 13 orang yang berasal dari Konawe Utara.
JM, warga Desa Wawoheo, Kecamatan Wiwirano, yang mengikuti seleksi sebagai sopir dump truck 10 roda, mengaku kecewa karena dua kali gagal meski telah melewati seluruh tahapan.
“Kami sudah jalani semua proses sesuai aturan, mulai pemberkasan, tes teori, wawancara user, wawancara teknis, hingga tes praktek. Tapi hasilnya nihil. Justru banyak orang dari luar daerah yang diloloskan. Kami merasa perekrutan ini hanya formalitas belaka, karena perusahaan sebenarnya sudah menyiapkan karyawan mutasi dari luar. Ini sangat melukai hati kami sebagai putra daerah,” ungkapnya, Minggu (24/8/2025).
Kekecewaan juga datang dari warga lain yang merasa pengalaman dan kualifikasi mereka diabaikan.
“Saya lulusan SMA, sudah dua tahun bekerja sebagai sopir dump truck. Apa kurangnya kami dibanding orang luar? Yang kami minta hanya kesempatan yang adil,” ujar JM lagi.
Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan Tambang turut angkat bicara. Hendrik, koordinator koalisi tersebut, menyebut perekrutan yang tidak berpihak pada masyarakat lokal dapat memicu gejolak sosial.
“Kalau Pemda dan Disnaker terus diam, maka rakyat akan menilai mereka ikut melanggengkan ketidakadilan. Ingat, tenaga kerja lokal adalah aset daerah. Mengabaikan mereka sama saja merusak legitimasi pemerintah di mata rakyat,” tegasnya.
Koalisi meminta pemerintah daerah dan Dinas Tenaga Kerja Konawe Utara untuk segera turun tangan, memanggil pihak perusahaan, dan melakukan investigasi menyeluruh.
DPRD Konawe Utara juga diharapkan tidak tinggal diam dalam menjalankan fungsi pengawasan.
“Masuknya investasi tambang harusnya membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, bukan malah melukai hati masyarakat lingkar tambang,” pungkas Hendrik.











