DAERAHKESEHATANKONAWE SELATAN

Utang Menggunung, Obat Menghilang: RSUD Bintang Lima Konawe Terancam Lumpuh

361
×

Utang Menggunung, Obat Menghilang: RSUD Bintang Lima Konawe Terancam Lumpuh

Sebarkan artikel ini
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Konawe.

KONAWE, MEDIAKENDARI.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Konawe, yang pernah dibanggakan sebagai “RS bintang lima” usai diresmikan Presiden RI, kini berada di titik kritis.

Krisis obat yang terus berulang dan utang yang menumpuk membuat pelayanan kesehatan di rumah sakit rujukan ini berada di ambang kelumpuhan.

Kekosongan obat yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir kembali memicu keluhan dari keluarga pasien. Banyak pasien, termasuk yang membutuhkan obat vital, terpaksa dirujuk untuk membeli obat di luar rumah sakit, bahkan hingga ke apotek di luar Kabupaten Konawe.

Salah satu keluarga pasien, Andri, menyampaikan kekecewaannya terhadap pelayanan RSUD yang dinilai tidak lagi memprioritaskan kebutuhan pasien.
“Bagaimana kalau pasien sudah dalam kondisi koma sementara petugas masih mencari obat di luar? Ini sangat berbahaya. Direktur rumah sakit, Dokter Romi, dan Bupati Konawe tidak boleh tutup telinga,” tegasnya.

Kondisi ini dikonfirmasi langsung oleh Humas RSUD Konawe, dr. Abdi, yang menyebutkan bahwa persoalan kekosongan obat bukan masalah baru.

Krisis ini telah berlangsung sejak masa pandemi Covid-19, dan semakin memburuk akibat menumpuknya utang rumah sakit kepada sejumlah perusahaan penyedia obat.

“Perusahaan tidak akan memberikan obat kalau utang sebelumnya belum dibayar. Itulah kendalanya,” ungkap dr. Abdi.

Dalam keterangan tertulis yang disampaikan melalui Humas BLUD RS Konawe, Direktur RSUD Konawe, dr. Romi, mengungkapkan bahwa total utang rumah sakit saat ini mencapai lebih dari Rp2 miliar.

Kondisi ini membuat sejumlah supplier menolak melakukan pengiriman obat sebelum pelunasan dilakukan.

“Memang saat ini satu-satunya solusi yang bisa dijalankan adalah pengembalian uang obat melalui mekanisme reimbursement. Ada beberapa jenis obat tertentu yang sedang kosong karena perusahaan tidak lagi memasok. Kami sudah berusaha mencari supplier baru,” jelas dr. Romi.

Meski mekanisme reimbursement tersebut telah dijalankan sejak April dan dikoordinasikan bersama BPJS, ia tidak menampik bahwa kebijakan itu tetap menyulitkan keluarga pasien. Mereka harus menebus obat di luar terlebih dahulu, lalu membawa bukti pembelian ke ruang Humas agar biaya diganti.

Rumitnya persoalan suplai dari supplier baru yang sebagian besar berada di luar daerah turut memperlambat pemenuhan stok obat.

Sementara itu, pihak rumah sakit telah menyampaikan laporan kondisi ini ke Pemerintah Daerah, DPRD, hingga Bupati, namun belum ada kepastian mengenai percepatan penyelesaian utang.

Dengan krisis obat yang belum teratasi dan beban utang yang terus menggunung, masa depan RSUD bintang lima Konawe kini berada di persimpangan.

Tanpa langkah cepat dan intervensi serius dari pemerintah daerah, rumah sakit ini terancam kehilangan kepercayaan publik dan menghadapi risiko kelumpuhan pelayanan yang lebih besar.

You cannot copy content of this page