WAKATOBI – Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di Desa Wungka, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) kali ini masih dipertanyakan.
Bantuan yang seharusnya selesai pada Desember 2017 ini diduga membuat berbagai macam tarif di material yang diberikan kepada masyarakat.
Menurut pengakuan Ketua Kelompok Dusun Langgaha Baru, La Yai, mereka dipatok dengan beberapa harga atau tarif. Yakni, Balok kelas 2 (Kayu merah) Rp 2,7 juta per kubik. Atap seng Rp 110 ribu, Batako Rp 5000 per buah. Papan kelas 2 Rp 2,9 juta per kubik. Pasir Rp 250 ribu per ret (pic up).
“Tapi karena kami portes harganya, sehingga mereka kurangi harga pasirnya menjadi Rp 200 ribu, Semen Rp 72 ribu per sak. Batu Rp 200 ribu per kubik, tapi sudah dikurangi lagi jadi Rp 180 ribu. Sebenarnya batu itu harganya Rp 150 ribu per kubik, terus Koseng jadi per lubang itu Rp 650 ribu,” ungkap La Yai dan La Salihi, Selasa (16/1/2018).
Sementara salah satu penerima BSPS, La Manggasa, warga Dusun Langgaha Baru, Desa Wungka, mengaku baru menerima Pasir sebanyak 6 kubik, Semen 32 sak, Paku campuran 7 kg. Maggasa juga menghitung beberapa material yang belum tersalurkan.
“Yang belum dibawa ke saya itu seng 61 lembar, kayu 1/5 kubik, seng plat 25 meter,” ungkap Manggasa.
Senada dengan La Manggasa, La Salihi juga mengaku, baru menerima Pasir sebanyak 12 ret, semen 45 sak, batako 550 buah, paku campur 3 kilogram. Jadi yang belum diterima La Salihi berupa kayu 6x12x400 sebanyak 1 kubik, seng plat dan paku beton.
Lanjut Salihi, besok dirinya bersama warga lain akan melaporkan persoalan ini kepihak yang berwajib. Kata dia, kehidupanya kini lebih menderita dibanding dulu sebelum ia menerima bantuan BSPS.
“Dulunya kita tidak terlalu menderita, tapi sekarang ini kami lebih menderita. Kami akan mau lapor ke Polisi. Jadi kami di Dusun Lamanggaha ini ada 6 orang penerimaan, semuanya belum menikmati bantuan tersebut,” kata Salihi.
Sementara Fasilitator BSPS Wakatobi, La Ota mengatakan, harga tersebut sudah standar yang ada di Daerah Wakatobi.
“Kalau soal harga, itu sudah harga standar di Wakatobi,” katanya saat dihubungi via telepon.
Reporter: Sahwan
Editor: Kardin