KENDARI – Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Tenggara (Sultra) merasa optimis pertumbuhan ekonomi di Bumi Anoa tahun 2023 kedepan bakal mencapai angka 6 sampai 7%.
Kepala Bappeda Sultra, J Robert mengungkapkan di masa awal pandemi Covid-19 di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi di Sultra tetap terbilang baik. Hal itu karena diakhir 2022 pertumbuhan ekonomi masih meningkat walau hanya 0,6% saja berkat adanya intervensi yang dilakukan secara kolaboratif baik oleh pemerintah maupun maupun unsur-unsur di luar pemerintah.
Jadi sebenarnya kalau pertumbuhan ekonomi kita melihat sebagai satu kesyukuran secara khusus untuk Sulawesi Tenggara. Dalam hal ini semua stakeholder pembangunan kita mampu mengangkat dari kontraksi minus sampai terakhir kemarin sudah menjadi empat sekian persen. Tapi sebenarnya itu belum memenuhi harapan yang ditargetkan oleh pemerintah karena diharapkan di Sulawesi Tenggara untuk pertunbuhan ekonomi itu akan kembali normal di posisi enam sampai tujuh persen. Kita berharap di tahun 2023 itu angka pertumbuhan itu bisa tercapai,” kata J Robert dalam keterangannya Minggu, 13 Maret 2022.
Baca Juga : Kepala Bappeda Sultra : Gubernur Ali Mazi Rencanakan Sultra Masuk Prioritas Nasional
Hanya saja, menurut Robert, pihaknya masih meraba-raba potensi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang menjadi unggulan dan perlu dikembangkan. Ia mengaku sedang merapatkan barisan membahas peluang pertumbuhan ekonomi unggulan bersama seluruh pihak-pihak terkait misalnya seperti Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
“Sebenarnya kan banyak seperti yang kita lihat di sektor pertanian. Dalam arti luas perkebunan seperti yang perspektif itu kan seperti pengembangan porang. Itu kan seperti menjadi usaha rakyat karena memang basis kontribusi sektor primer yang kita ada di bidang pertanian karena memang porang itu sudah menjadi andalan di Sulawesi Tenggara yang dikembangkan dalam skala besar. Kalau bisa pada tingkat masyarakat, saya pikir ini bisa membantu menopang pertumbuhan ekonomi kita. Belum lagi komoditas lain sekarang lagi trend sekarang dan itu menjadi hal yang potensial ketika dipertimbangkan dalam skala besar berbagai komoditas lainnya kami seperti itu,” terangnya.
Ia menjelaskan pihaknya bila melihat dalam skala makro terhadap kebutuhan-kebutuhan yang ada pada level-level kabupaten/kota di Sultra misalnya di Kabupaten Buton Utara (Butur) memiliki potensi pertanian dan perkebunan
“Di sana potensial karena kan indikasinya sudah jelas ketika banyak transmigrasi berarti tanahnya subur di sisi lain kita sudah mengarahkan itu tetapi dalam hal menyiapkan pasar terhadap komoditas pertanian untuk dipasarkan itu kan itu perlu aksesibilitas yang bagus terutama terkait dengan infrastruktur jalan di wilayah khususnya daratan Buton Utara. Buton sampai Buton Utara itu kan aksesibilitas nya masih sangat rendah sehingga memang untuk wilayah ini kita perlu menjadi perhatian kita makanya orang Buton Utara selalu berbicara serusak rusaknya jalan yang ada di daratan itu masih mulus untuk ukurannya orang Buton Utara artinya itu menggambarkan bahwa betapa rusaknya itu infrastruktur jalan yang ada di sana,” urainya.
Ia menambahkan pihaknya juga merencanakan pengembangan aspal Buton yang perlu didukung dengan aksesibilitas yang memadai.
“Memang dari kacamata Bapedda melihat bahwa untuk saat ini supaya ada perimbangan terkait dengan kebutuhan pasokan antara daratan dan kepulauan salah satunya infrastruktur yang ada di Kepulauan. Apakah itu Muna ataupun Buton itu perlu dibenahi seperti itu sehingga kita akan posisikan dirinya kita untuk saling mendukung, apakah di daratan atau pun di kepulauan begitu,” tandasnya. (Adv)
Penulis : Redaksi