Kendari

Baznas Sultra Klaim Potensi Pengelolaan Zakat Terus Meningkat

574
×

Baznas Sultra Klaim Potensi Pengelolaan Zakat Terus Meningkat

Sebarkan artikel ini
Ketua Baznas Sultra saat menghadiri acara Bincang Kita Mek.tv.

Reporter : Dila Aidzin
Editor : Ardilan

KENDARI – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengklaim potensi pengelolaan zakat di Bumi Anoa terus meningkat dari tahun ke tahun.

Teranyar, seluruh lembaga Baznas di tahun 2020 berhasil mengumpulkan zakat sebanyak Rp 12 Triliun. Bahkan Baznas Sultra menyebut saat ini zakat yang terkumpul mencapai angka fantastis senilai Rp 232 Triliun.

“Kalau sampai peran pemerintah tidak maksimal dilaksanakan atau ditunaikan tentu sangat berdampak besar pada kemajuan atau pengembangan lembaga zakat,” ungkap Ketua Baznas Sultra, Andi Muhammad Hasbyh Saing dikonfirmasi Rabu, 22 September 2021.

Kata dia, di Sultra potensi zakat dari segi kuantitas, berdasarkan hasil penelitian antara Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo dan Kanwil Kementrian Agama Sultra di tahun 2015 mencapai angka Rp 2,7 triliun.

Menurutnya, data tersebut sudah tidak akurat lagi. Sebab, maraknya pertambangan di Sultra seharusnya dapat menciptakan potensi nilai zakat yang lebih besar lagi.

“Namun dalam perkembangannya potensi ini sudah perlu ditinjau kembali karena pertama disamping berkaitan dengan menurut peneliti dari UHO pada saat itu bahwa mereka hanya mengambil dua sampel yaitu Baznas Kota Baubau dan Baznas Kota Kendari,” katanya.

Ia menjelaskan pihaknya telah menindaklanjuti gerakan cinta zakat yang digagas pemerintah pusat.

“Bagi kita di Sulawesi Tenggara, Bapak Gubernur Haji Ali Mazi dari awal beliau sebagai gubernur diperiode kedua ini sudah langsung melakukan rapat kordinasi zakat di tahun 2018. Setiap tahun berlangsung dukungan pemerintah daerah kita pemerintah provinsi. Dan yang terakhir beliau menindaklanjuti program yang di launching oleh Pak Jokowi dan juga kita sudah laksanakan di Rujab Gubernur tentang gerakan cinta zakat di provinsi Sulawesi Tenggara,” pungkasnya.

You cannot copy content of this page