KENDARI.MEDIAKENDARI.COM – Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mendorong sektor-sektor ekonomi yang berkelanjutan dengan skema insentif dan disinsentif untuk berinvestasi dalam proyek ekonomi hijau.
Bagi Sultra, isu ekonomi hijau sangat relevan untuk dibahas, mengingat sektor primer yang berbasis SDA masih menjadi kontributor utama ekonomi Sultra.
Kepala BI Sultra Dony Septadijaya mengatakan, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 23,82% terhadap ekonomi Sultra, diikuti oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 18,12%.
“Keberlangsungan lapangan usaha pertanian dan pertambangan tersebut perlu dijaga, salah satunya melalui implementasi prinsip ekonomi hijau,” jelasnya Rabu 24 Agustus 2022.
Baca Juga : Dishub Sultra Sinergikan Penyelenggaraan Transportasi Darat
Kendati demikian, Dony juga menyebut salah satu komoditas unggulan nasional yang ada di Sulawesi Tenggara adalah nikel.
“Meskipun memiliki potensi yang besar, sektor tambang dan industri pengolahan nikel dinilai kurang berkelanjutan, mengingat tingginya emisi dalam kegiatan pertambangan dan pengolahan nikel, serta jumlah eksploitasi bahan mentah yang belum sepenuhnya proporsional dengan mempertimbangkan cadangannya,” bebernya.
Oleh karena itu, pihaknya perlu mendorong sektor ekonomi hijau agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Selain itu, sektor pertanian juga perlu didorong untuk dapat lebih mengimplementasikan praktik pertanian yang berkelanjutan, sehingga dapat terus menjadi sektor penggerak di Sultra,” kata Dony.
Upaya tersebut perlu didukung dengan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Pelestarian hutan dan penggunaan energi hijau perlu terus didorong terutama bagi industri yang melakukan eksplorasi SDA agar selalu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Baca Juga : Majukan Konsel, Nur Alam Titip Putranya Kepada Masyarakat
“Demi tercapainya pembangunan hijau maka Bank Indonesia kini sedang mengembangkan beberapa instrument finansial untuk mendorong green financing antara lain adalah SBK Hijau, Green Repo dan Green Derivative. Pengembangan instrument finansial itu akan terfokus pada asset pada kategori Environmental, Social, Government (ESG),” beber Dony.
Lebih jauh dari sisi moneter, Bank Indonesia kini dalam tahap riset pengembangan obligasi hijau sebagai underlying pada proses moneter berupa green bond dan SukBI Inklusif dan tidak menutup kemungkinan pengembangan instrumen moneter lainnya.
Sebagai informasi, pada Rabu (24/08) Sultra Ecofest 2022 telah mencapai tahap akhir pelaksanaan setelah melewati dua tahap sebelumnya yaitu essay competition dan Sarasehan.
Bersamaan dengan penutupan Sultra Ecofest 2022, kegiatan ini kami harap dapat memberikan dampak nyata pada berupa diseminasi isu strategis terkait pembangunan ekonomi hijau serta terbukanya ruang sinergi lebih jauh dengan para pemangku kebijakan, pelaku industri dan lapisan masyarakat pada umumnya untuk bersama mencapai tujuan tersebut.
Reporter: Sardin D.
Facebook : Mediakendari.com