NEWS

Prof. La Niampe Sebut Saweran Gubernur Sultra di Butur adalah Transformasi Kebudayaan

1316
×

Prof. La Niampe Sebut Saweran Gubernur Sultra di Butur adalah Transformasi Kebudayaan

Sebarkan artikel ini
Pakar Budaya Muna - Buton, Prof. La Niampe. (Foto : Rahmat R)

KENDARI, MEDIAKENDARI.COM -Pakar Budaya Muna-Buton, Prof. La Niampe menanggapi video viral yang memperlihatkan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) dan beberapa pejabat lainnya memberikan saweran pada masyarakat Buton Utara (Butur) dalam acara ramah tamah Hari Ulang Tahun (HUT) Butur ke-15 belum lama inim

Menurut Akademisi Universitas Halu Oleo ini, apa yang dilakukan Ali Mazi jika dilihat dari sisi budaya bukanlah sebuah kesalahan.

Menurutnya, hal tersebut adalah tindakan yang biasa dan merupakan transformasi tradisi.

Baca Juga : Polda Sultra Musnahkan 4,2 Kg Narkoba Saat Upacara Perayaan HUT Bhayangkara Ke-76

“Di Sultra tradisi membuang atau melemparkan uang dan benda berharga lainnya adalah hal yang dibenarkan dalam budaya salah satunya dalam Suku Muna,” katanya saat ditemui di Universitas Halu Oleo, Selasa (05/07/22).

“Contohnya dalam budaya Suku Muna pada saat acara Karia. Dalam salah satu tahapan saat acara karya ada yang namanya Kafosampu. Kafosampu ini adalah menampilkan wanita yang dikaria tadi untuk menari. Mereka itu ketika menari tamu yang diundang harus melemparkan uang kepada penari dan uang itu tidak boleh diamplop, harus terlihat, harus terhambur,” sambung penulis buku khusus kebudayaan ini.

Lebih lanjut Prof. La Niampe mengatakan, budaya ini merupakan luapan kegembiraan, karena wanita yang menari dianggap sebagai anak yang baru saja dilahirkan ke dunia, suci dan merdeka.

“Nah kejadian itukan sebenarnya dalam rangka HUT Butur. Dan Butur ini kurang lebih 50 tahun secara administrasi bersama sama dengan Kabupaten Muna sebagai induknya. Mau tidak mau Butur terjadi transformasi kebudayaan dengan kebudayaan Muna jadi menurut saya itu bukan suatu kesalahan,” tegasnya.

Baca Juga : Pj Sekda : Sultra Adalah Contoh Baik Moderasi Beragama di Indonesia

Dia melanjutkan, membuang uang itu adalah salah satu tradisi di Muna maupun Butur yang pernah menjadi wilayah administrasi Kabupaten Muna.

“Misalnya dalam acara Karia tadi Ali Mazi atau Asrun Lio diundang dan pada saat para wanita mulai menari dan mereka tidak melemparkan uang saat pulang nanti mereka akan dicaci-maki, dihina, dianggap sebagai orang yang tidak memahami adat, dan dianggap tidak bisa berbagi. Sedangkan yang melemparkan uang akan mendapatkan sambutan dari masyarakat,” jelas Prof La Niampe.

“Jadi menurut saya tidak salah. Itu merupakan transformasi tradisi,” tandasnya.

 

Reporter: Dila Aidzin

Editor : Rahmat R.

You cannot copy content of this page