NEWS

Rocky Gerung Bakal Jadi Pembicara Dalam Seminar “Satu untuk Sultra” Pekan Depan

2410
×

Rocky Gerung Bakal Jadi Pembicara Dalam Seminar “Satu untuk Sultra” Pekan Depan

Sebarkan artikel ini
Undangan seminar yang bakal dihadiri oleh Rocky Gerung. (Foto: Rahmat R)

KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Koordinator Seminar Forum Sultra Satu yakni “Satu untuk Sultra”, Nasir Andi Baso menyebut, Rocky Gerung bakal hadir dalam acara tersebut sebagai pembicara.

Kata dia, topik dalam acara ini bertema ‘Memperkokoh Budaya untuk Sultra Satu’ yang juga akan dihadiri banyak tokoh nasional dan para akademisi Sultra yang bergelut di luar daerah.

Nasir menyebut, pemateri yang bakal dihadirkan adalah, Rocky Gerung, Prof. La Ode Masihu, Prof. Musni Umar, Prof Nora Mokodompit, Habil Marati, Prof La Niampe, Prof Zamrun dan Rusmin Abdul Gani.

“Nanti moderatornya itu Pak Bahtiar dan Yani Taufik yang keduanya akademisi asal Universitas Halu Oleo,” ungkapnya, di Kendari, Kamis (03/11/22).

Nasir melanjutkan, alasan mengangkat tema tersebut karena Provinsi Sulawesi Tenggara secara de jure sebagai daerah otonom dan berpisah dari provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan UU no 13 tahun 1964 tanggal 27 April.

Baca Juga : Progres RS Tipe D Kendari Capai 50%, Ditarget Rampung Desember

Ia menjelaskan, lahirnya Provinsi Sultra adalah melalui perjuangan panjang para pejuang pemekaran. Saat pertama kali sebagai provinsi baru terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Buton dengan ibu kotanya di Baubau, Kabupaten Muna dengan ibu kotanya di Raha, Kabupaten Kendari dengan ibu kotanya di Kendari serta Kabupaten Kolaka dengan ibu kota di Kolaka.

“Dalam perjalanan sejarahnya saat ini sudah menjadi 15 kabupaten dan 2 pemerintah kota. Empat kabupaten saat itu sering disebut sebagai 4 pilar yang mereprsentasikan secara sosiokultural identitas khas Sulawesi Tenggara sekaligus sebagai sumber inspirasi untuk senantiasa mengingat kembali nilai-niali perjuangan para tokoh pemekaran saat itu yaitu tumbuh bekembangnya pembangunan di semua sektor oleh putra- putri Sultra,” jelas Nasir.

Mantan Kepala Bappeda Sultra ini juga menyebut, kesempatan untuk berkembangnya SDM Sultra untuk bisa mengejar dan atau sejajar dengan daerah-daerah lainnya hanya dengan pemekaran atau terpisah dari provinsi Sulawesi Selatan.

Sebab, hanya dengan demikianlah kesempatan untuk mengelola, memimpin Sulawesi Tenggara berdasarkan atropologi politik yaitu kombinasi etnis daratan dan kepulauan yang selama ini sdh menjadi kesepakatan moral atau konvensi politik sosiokultural khas Sultra.

Baca Juga : Sambut HUT Ke – 77,  Brimob Polda Sultra Kerja Bakti di Rumah Ibadah

“Menjelang tahun politik 2024 kontalasi politik diseluruh Indonesia termasuk di Sultra cenderung meningkat kearah gesekan sosial yang dinamis. Pesta demokrasi lokal maupun nasional adalah sebuah keinginan untuk memilih pemimpin yang terbaik secara nasional dan memilih pemimpin di tingkat lokal berdasarkan kedekatan emosional primordial yang memang sudah given dalam kerangka kebihnekaan NKRI,” terangnya.

Nasir menambahkan, keberadaan SDA yang melimpah di Sulawesi Tenggara adalah salah satu modal dasar pembangunan nasional, yang harus diimbangi dengan pembangunan SDM yang berorientasi kepada keberpihakan politik membangun masyarakat Sultra yang cerdas.

Menurutnya, peluang tersebut hanya dapat tercapai dengan adanya pikiran besar untuk bersatunya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual putra putri Sultra.
Inspirasi menyelengarakan gagasan besar tentang penguatan nilai-nilai sejarah perjuangan pemekaran saat itu tetap relevan sampai saat ini.

“Untuk itu para tokoh senior Sultra hampir d iseluruh Indonesia secara intes melakukan pembicaraan informal tentang perlunya ada pertemuan parsial di Jakarta, Bandung, Surabaya dan di Kendari. Semuanya memiliki niat dan keinginan yang sama yaitu JASMERAH, jangan sekali kali melupakan sejarah para pejuang pemekaran,” bebernya.

“Dari pembicara dan dialog parsial tersebut kemudian mengarah kepada pembentukan forum Sultra satu, satu untuk Sultra untuk mengawal atau menjembatani pikiran serta merekonstruktur ide politik agar terjadi proses estafet kepemipinan di Sultra berdasarkan konvensi daratan kepulauan atau kepulauan daratan,” tukas Nasir.

Reporter : Rahmat R.

Facebook : Mediakendari

You cannot copy content of this page