Redaksi
JAKARTA- Tahapan Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 tak lama lagi dimulai. Daerah di Sulawesi Tenggara yang akan melaksanakannya adalah Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Konawe Selatan, Buton Utara, Wakatobi, dan Muna.
Daerah yang disebutkan terakhir paling panas. Sebab masyarakat kabupaten ini dikenal paling getol membahas isu politik. Apalagi saat ini dua tokoh penting, yakni Bupati Muna Rusman Emba dan Bupati Muna Barat Rajiun Tumada, sudah menaikkan tensi politik hingga di kalangan masyarakat akar rumput. Tak pelak perang opini di media massa, media sosial hingga diskusi warung kopi pun merebak.
Tak ketinggalan mantan Bupati Muna dr. Baharuddin juga telah menyatakan diri untuk kembali bertarung melawan rival yang telah menjatuhkannya secara pedis di Pilkada 2017 silam. Ditambah sejumlah tokoh penting ikut mencuat meski tak sepanas nama-nama di atas, seperti La Pili, La Ode Ida, Supomo, dan lainnya.
Kini, hadir penantang baru yang menurut sejumlah kalangan sangat potensial dan cukup berat untuk ditaklukkan. Ia adalah Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Drs. Syarifuddin, MM. Sebelumnya ia pernah ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Penjabat Gubernur Jawa Tengah pada 2018 lalu.
“Saya siap. Kalau sebelumnya masih ragu-ragu, saat ini sudah siap 100 persen. Sudah bulat,” ujar Syarifuddin saat diwawancarai Ketua Serikat Media Siber Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, Gugus Suryaman, di ruang kerjanya Kantor Kemendagri Gedung Hai lantai 8, Jakarta.
Menurutnya, Muna membutuhkan pemimpin yang memiliki visi besar dan jaringan luas baik di pemerintah pusat maupun pihak luar atau swasta. Sebab daerah kelahirannya ini tidak dapat dibangun hanya dengan mengandalkan APBD saja.
“Perlu koneksi luas di pemerintah pusat dan komunikasi yang terbuka dengan banyak pengusaha atau investor,” katanya. “Bagaimana mau buka lapangan pekerjaan kalau tidak ada yang mau dikerjakan. Malah saya dengar orang baru tanya-tanya potensi daerah, sudah dimintai dia dapat apa,” sambung Syarifuddin menyindir isu yang berhembus.
Pria yang lahir di Lakologou Kecamatan Tongkuno pada 13 Februari 1960 ini optimis mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi daerah. Sebab niatnya bertarung sebagai Bupati Muna dengan rela meninggalkan jabatan penting di Kemendagri merupakan bentuk kepedulian serius bagi tanah ia dibesarkan.
“Pemerintah pusat saja mempercayakan kita memimpin Jawa Tengah yang penduduknya banyak seperti itu, dengan persoalan yang cukup ngeri. Masa kita tidak mau membangun daerah sendiri yang tidak sebanyak di sana. Apalagi kita mengurusi 548 kabupaten kota saat ini,” ujarnya.
Dia yakin, koneksi yang dimilikinya di jajaran pemerintah pusat lintas kementerian serta para investor nasional maupun internasional, dapat membantunya membangun Muna yang lebih maju.
Mengenai partai pengusung, Syarifuddin mengaku sudah membangun komunikasi politik yang intens dengan pengurus pusat maupun daerah. Setidaknya sudah ada dua sampai tiga yang memberi sinyal positif.
“Tidak usah dulu saya sebutkan, dua partai pun sudah cukup. Yang membuktikan nanti kan rekomendasi, bukan kepengurusan,” selorohnya lantas tersenyum.