DaerahWAKATOBI

Wabup Wakatobi Apresiasi Pencegahan Corona di Binongko, Tak Pakai Masker Disuruh Pulang

183
×

Wabup Wakatobi Apresiasi Pencegahan Corona di Binongko, Tak Pakai Masker Disuruh Pulang

Sebarkan artikel ini
Ilmiati Daud, Wakil Bupati Wakatobi (kiri), Wa Hafida Camat Binongko (tengah), Arifin Camat Togo Binongko (kanan)

Reporter: Asrul Hamdi / Editor: La Ode Adnan Irham

WAKATOBI – Wakil Bupati Wakatobi, Ilmiati Daud salut dan mengapresiasi komitmen dua kecamatan di Pulau Binongko bersama Desa/Kelurahan, TNI, Polri, dan berbagai instrumen tokoh masyarakat yang serius dan tegas mencegah Covid-19.

“Memang harus bermasker dan harusnya mereka dapat menjadi contoh kecamatan lain se-Wakatobi. Di Kecamatan Togo Binongko bila ada masyarakat yang tidak menggunakan masker maka mereka disuruh pulang kembali, begitu pula sebaliknya,” ungkap Ilmiati Daud, Kamis 23 April 2020.

Arifin, Camat Togo Binongko mengatakan, mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian diluar daerah, sehingga harus ada langkah kongrit mencegah virus itu masuk, mengingat kondisi silahturahmi masyarakat Pulau Binongko yang sangat kental.

“Kami berpikir jika ada yang dikena akan menjadi malapetaka, lagi pula ketersediaan peralatan yang sangat tidak memadai, sehingga berbagai langkah kami lakukan demi pencegahan Virus ini agar tidak boleh masuk,” bebernya.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah rapat koordinasi antara pemerintah Kecamatan Binongko sepakat memperketat pintu-pintu masuk jalur pelabuhan di Pulau Binongko terutama di Rukuwa, Taipabu termasuk Togo Binongko.

Mereka juga sangat terbantu kinerja tim medis, TNI dan Polri yang tidak mengenal lelah, subuh, siang maupun malam, ketika ada kapal masuk harus turun.

“Setiap yang masuk wajib pakai masker dan kalau tidak pake masker disuruh kembali. Selama tidak pake masker, tidak akan pernah diizinkan masuk,” tegasnya

Arifin menambahkan, rutin melakukan penyemprotan disinfektan, sosialisasi dan upaya lainnya. Untuk pencegahan bagi orang baru datang, terutama dari zona merah akan dikarantina terpisah, sementara begitu pula yang bukan dari zona merah dikarantina secara mandiri di rumahnya.

“Kami siapkan ruangan khusus bagi pelaku perjalanan dari zona merah. Kita siapkan lokasi dan fasilitasnya kaya lampu serta air, tapi persoalan tempat tidur dan makanannya tetap diurus oleh keluarganya. Ini lahir berdasarkan kesepakatan bersama dengan warga,” bebernya. (A)

You cannot copy content of this page