Reporter : Mumun
Editor : Kang Upi
WANGGUDU – Banjir bandang yang melanda Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam beberapa pekan ini memberikan duka yang mendalam bagi warga korban dan menimbukkan kerugian yang cukup besar, khususnya pada sektor pendidikan.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konut, banjir telah merendam 38 bangunan sekolah yang terdiri dari SD 14 unit, SMP 5, PAUD 17, SMA 1 dan PKBM 1 unit.
Kepala Dikbud Konut, Lapeha saat ditemui di posko utama banjir di Rujab Bupati, Jumat (21/6/2019) menjelaskan, bahwa dengan angka kerusakan tersebut, diperkirakan total kerugian sekitar Rp 18 Miliar lebih.
“Kerugian sektor pendidikan sekitar Rp18 Miliar lebih yang mencakup pagar sekolah, kursi, meja, buku, perpustakaan, komputer dan sejumlah gedung sekolah yang tidak bisa lagi digunakan,” ungkapnya.
Menurut Lapeha, data kerugian tersebut telah diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Konawe Utara untuk ditindaklanjuti.
BACA JUGA :
- Brigjen TNI Tri Saktiyono Tutup TMMD Ke-121 Kodim 1430/Konut
- Tarian Adat Suku Tolaki Meriahkan Upacara Penutupan TMMD Ke-121
- Satgas TMMD Ke-121 Serahkan Paket Sembako kepada Puluhan Kepala Keluarga Tak Mampu
- TNI Bersama Warga Konut Gotong Royong Bangun MCK
- Ketua Satgas TMMD Kodim 1430/Konut Bangga TNI dan Warga Bisa Berkolaborasi
- Satgas TMMD Kodim 1430/Konut Bersama Masyarakat Perbaiki Jembatan Penghubung
“Datanya sudah kami laporkan ke Bappeda. 38 sekolah ini mencakup di Kecamatan Andowia, Asera, Oheo, Langgikima, Landawe, Wiwirano dan Motui,” ujarnya.
Lapeha menambahkan, dari 38 total sekolah yang terendam banjir terdapat dua sekolah yang terbilang sangat parah dan bangunannya dianggap sudah tidak dapat digunakan lagi.
“Terparah itu SMP 1 Asera di Desa Walalindu dan SD 9 Asera di Desa Tapuwatu. Pagar sekolahnya roboh, belum lagi bangunannya sudah susah difungsikan,” pungkasnya.
Ia mengharapkan, kepada pihak di 38 sekolah yang terdampak banjir untuk melaksanakan tugas dengan baik meski harus ditenda pengungsian, dengan tetap melangsungkan proses belajar.
“Sabar ini merupakan cobaan disamping itu kami mencoba berupaya memperbaiki fasilitas. Kami juga harapkan bantuan dari pemerintah Provinsi Sultra dan pemerintah pusat agar sekolah yang rusak ini dapat diperbaiki secepatnya,” tutup Lapeha. (A)