Redaksi
JAKARTA – Untuk membantu pemerintah mencari solusi dan mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan energi yang kian hari semakin parah. Partai Berkarya, menggerakkan peran-serta masyarakat untuk mencukupi kebutuhan energi keluarga melalui pengembangan pengolahan biogas.
Baca Juga :
- Banyak Catatan untuk Pemprov Sultra dari Pandangan DPRD Sultra Soal Pertanggungjawaban APBD 2023
- Pj Gubernur Sultra Sampaikan Pertanggungjawaban APBD 2023
- Responsif Banjir Susulan Dibeberapa Desa di Kecamatan Pondidaha, Pj Bupati Harmin Ramba Salurkan Bantuan dan Instruksikan Kepada BPBD dan BWS Lakukan Evakuasi serta Bangun Posko
- Pj Bupati Harmin Ramba Sukses Pimpin Konawe, Inflasi di Konawe Sangat Terkendali Dibawa Angka Nasional 2,4
- Pimpin Apel Gabungan, Kepala BKD Sultra Singgung Terkait Kehadiran ASN Hingga Sanksi Pemecatan
- Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila, Sekda Konawe Bilang Jaga Kerukunan
Salah satu strateginya dengan menyediakan Saung Berkarya atau bengkel kerja (workshop) yang dibangun Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra, atau yang akrab dipanggil Tommy Soeharto. Dengan harapan, Saung tersebut dapat memberikan keahlian dan kecakapan dalam pertanian, peternakan dan biogas untuk masyarakat yang berminat dan membutuhkan.
Pada saat Musyawarah Nasional ke-IV Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) yang digelar 12-14 Maret lalu, putra-putri transmigran menyempatkan diri mengunjungi Saung Berkarya di Hambalang, Bogor, saat itu Tommy Soeharto mengatakan, jika Saung tersebut merupakan wujud kepedulian Partai Berkarya terhadap persoalan pemenuhan pangan dan energi masyarakat.
Penanggungjawab Saung Berkarya, Dr Sri Wahyuni menjelaskan, pemerintah saat ini sudah cukup kewalahan dengan subsidi LPG yang sudah mencapai Rp 24 triliun, subsidi minyak tanah yang besarnya Rp 18 triliun, serta subsidi pupuk yang mencapai Rp 12 triliun.
Kata dia, Program Kemandirian Pangan dan Energi tersebut berintikan pertanian terpadu. Secara sederhana, dalam skala kecil masyarakat akan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi mereka sendiri.
“Jadi, kita berpikir sebaiknya setiap desa itu memiliki dan menonjolkan kekhasan mereka sendiri.
Ada desa yang kuat dalam peternakan ayam, dalam budi daya cabai, budi daya tomat, semua harus didorong. Desa cabai, misalnya, harus mampu memproduksi sampai semacam bon cabe, desa yang kuat tomat harus bisa memproduksi saus tomat sendiri,” kata Sri, melalui rilisnya yang diterima Mediakendari.com, Kamis (14/3/2019).
Berkombinasi dengan peternakan, kotoran ternaknya itulah yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk membuat biogas sebagai upaya memenuhi energi.
Baca Juga :
- Mabes TNI Gelar Sosialisasi Bela Negara di Kendari, ini Peserta Yang Hadir
- Lantik 3 Pj Bupati, Penjabat Gubernur Sultra : Jabatan sebagai Pj Bupati adalah tugas tambahan sebagai ASN jangan lupakan tanggung jawab utama dan jabatan Anda sebelumnya
- Dinsos Tangani Kemiskinan Ekstrim Di Kota Kendari
- Sekda Sultra Belum Sebut Sosok Pj Bupati Ditiga Daerah yang Dilantik Besok
- KPU Kota Kendari Resmi Lantik Anggota PPS Untuk Pilgub dan Pilwali Tahun 2024
- Jelang Hari Raya Idul Adha 1445 H, Harga Hewan Ternak Sapi Melonjak Naik
“Di desa-desa transmigrasi yang terpencil, dimana minyak tanah dan LPG susah, kemampuan membuat dan memanfaatkan biogas akan sangat membantu,” tambah anggota Dewan Pakar Partai Berkarya itu.
Saat ini, pihaknya sudah memiliki proyek percontohan di Sentani, Papua, selanjutnya akan dicoba di Nagere, di Merauke, di Kerom, lalu Jayapura, dan beberapa tempat lain di Papua. Dikatakannya, selain di pulau Jawa kawasan Indonesia Timur seperti NTT, Kalimantan Barat, menjadi ajang uji coba Partai Berkarya dalam pengembangan biogas.
“Perkembangan positif lainnya, Berkarya juga mencoba pembuatan biogas dari rumah tangga, yakni limbah keluarga. Hal itu
tengah dicoba di beberapa pesantren di Jawa Tengah dan Banten. Serta dalam waktu dekat, kami juga akan membangun sarana pembuatan biogas dari limbah keluarga ini di Pesantren Nurul Iman, Parung, Kabupaten Bogor,” tutupnya.