KONAWE SELATAN – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) mencoba menangkal angka stunting di daerah itu melalui peningkatan pemahaman orang tua terhadap nutrisi dan gizi anak.
Bupati Konsel, Surunuddin Dangga mengatakan untuk menangani persoalan stunting dibutuhkan peran banyak pihak. Masalah stunting juga tidak hanya mengatasi persoalan gizi. Namun juga harus dilakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat karena dengan kesejahteraan yang meningkat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan gizinya.
“Kasus stunting harus sejak dini ditangani, tak hanya satu instansi tapi lintas sektoral. Maksimalkan pencegahan. Seluruh pihak terkait berkolaborasi dan saling bahu membahu,” ungkap Surunuddin Dangga dikonfirmasi di ruang kerjanya Selasa, 14 Februari 2022.
Baca Juga : Bupati Konawe Selatan Intruksikan Dispora Segera Bentuk Pengcab
Surunuddin mengungkapkan penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting. Diantaranya asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.
Sementara intervensi gizi sensitif, urai Surunuddin, strategi atau program yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar bidang kesehatan. Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak serta peningkatan akses pangan bergizi.
Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Konsel, Rasyid menambahkan pencegahan stunting dilakukan sejak dini, bahkan sebelum pernikahan. Peningkatan kualitas pasangan pengantin diharapkan mampu meningkatkan kualitas pemenuhan gizi dalam rumah tangga.
Baca Juga : Pemkot Kendari Mulai Vaksinasi Booster
“Olehnya itu guna menekan angka stunting di Konawe Selatan, Pemerintah Kabupaten akan mengoptimalkan pendampingan dimulai sejak pranikah, menikah, kemudian ketika hamil dan setelah melahirkan,” jelas Rasyid.
Menurutnya, stunting tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Harus terintegrasi lintas OPD terkait. Mengintervensi dari hulu hingga hilir. Data dari Kementerian Agama, sepanjang 2021 ada 2000 pasangan menikah yang berarti dengan angka ini, ada kemungkinan terjadinya stunting. Makanya, untuk mencegah itu, dilakukan intervensi bersama-sama.
Ia menjelaskan ada kecenderungan pasangan yang akan menikah hanya memfokuskan persiapan formal seperti menyiapkan persyaratan di Kantor Urusan Agama (KUA), pemeriksaan kesehatan dan keperluan perayaan. Padahal edukasi pranikah merupakan hal penting.
“Edukasi pranikah dapat memberi wawasan untuk calon pasangan, sehingga calon orang tua memahami persiapan apa saja yang dibutuhkan ketika istri hamil. Memperhatikan PHBS dan gizi,” kata Rasyid.
Penulis : Erlin