Reporter : Jaspin
Editor : Kang Upi
KONAWE – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong mengembangkan ekonomi masyarakat dengan mengelola sumber daya alam (SDA) menggunakan teknologi tepat guna (TTG).
Namun sayangnya, penerapan TTG yang sudah digagas sejak lama ini seakan jalan ditempat, karena adanya sejumlah kendala, seperti minimnya anggaran, ketiadaan tenaga ahli serta cakupan wilayah yang luas.
Baca Juga :
- Usai Terima Penghargaan dari Jokowi, KSK Klaim Didukung Surya Paloh dan Partai Pemenang Pilpres untuk Maju Cagub Sultra
- Status Kinerja Tinggi, Hanya Kery Satu-satunya Mantan Bupati di Sulawesi yang Turut Raih Penghargaan dari Presiden Jokowi
- BPDAS Sampara Sebut Rehabilitasi Mangrove Paling Banyak di Muna, Jadi Pusat Penanaman Serentak Pertama untuk Wilayah Kabupaten
- Terbukti Berkinerja Tinggi, Pj Bupati Harmin Ramba Raih Penghargaan, Dapat Anggaran Insentif Rp 29 Miliar 2024
- Pemprov Sultra Jamu Kunjungan Panglima Komando Armada II TNI AL
- Mitigasi Perubahan Iklim, Kementerian LHK, BPDAS Sampara dan Pemda Muna Gelar Penanaman Mangrove Serentak
“Kami terkendala anggaran yang sangat minim. Sehingga kami tidak mampu berbuat sesuai harapan para petani,” ungkap Kabid Pengembangan Perekonomian Masyarakat, SDA dan TTG, Wahid, SP., MM, saat di Konfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (9/4/2019).
Sejauh ini, kata Wahid, kegiatan di bidangnya, hanya mengandalkan anggaran dari APBD. Untuk itu, pihaknya telah mengusulkan penganggaran program TTG tersebut melalui Musrembang Provinsi.
“Tahun ini saya sudah usulkan melalui Musrembang, agar bisa diakomodir nantinya,” tambah Wahid, saat ditemui diruangannya.
Ia juga menyebutkan, untuk kendala anggaran ini telah dialami sejak lama. Bahkan, di tahun 2018 lalu, anggaran di bidangnya hanya dicairkan sebagian, sehingga program TTG kembali terkendala.
Untuk itu, melalui Dana Desa (DD), pihaknya juga meminta Kepala Desa bisa berkoordinasi dengan DPMD untuk mengsingkronkan program TTG agar membuat desa menjadi lebih inovasi dan kreatif.
“Saya menekankan agar kepala desa lebih mampu berinovasi, dan mampu mengembangkan sesuai anggaran DD yang telah ada,” ujarnya.
Menurutnya, program TTG tersebut bakal diwujudkan dalam bentuk pembinaan dan pelatihan bagi masyarakat tentang cara mengolah potensi SDA menggunakan teknologi yang sesuai. Dicontohkan, jika desa memiliki potensi buah pisang melimpah, maka akan diberikan alat pengiris pisang untuk kripik, begitu juga di desa lainnya.
“Kalau potensinya persawahan maka kita akan memberikan alat pembasmi tikus. Selain itu, ada juga yang namanya sistem pengolahan, sistem legowo, dengan cara tanam padi,” pungkasnya. (A)